Sunday, January 27, 2019

Museum Soerabaja


Mungkin sebagian Traveler agak asing dengan nama Museum ini karena museum ini mememang tergolong museum baru. Museum yang terletak di Jl. Tunjungan No. 1, Genteng, Kota Surabaya ini adalah museum yang menyimpan berbagai koleksi yang berhubungan dengan kota Surabaya.

Sejarah singkat


Sebelum menjadi museum, Gedung ini adalah salah satu gedung bersejarah di kota Surabaya. Gedung ini dibangun pada tahun 1877 oleh pemerintah kolonial Belanda & berfungsi sebagai toko yang menjual bahan Tekstil & Pakaian oleh salah seorang pengusaha dari Inggris sampai tahun 1935. Toko tersebut memiliki nama "Het Englesche Warenhuis" yang memiliki arti "Toserba Inggris". Pada saat pertempuran Surabaya, gedung ini digunakan oleh para pejuang Indonesia untuk menahan serangan sekutu yang datang dari utara pada saat itu. Setelah itu para pejuang akhirnya membakar gedung tersebut supaya tidak digunakan oleh pihak sekutu. Gedung ini sempat kosong beberapa tahun seperti bangunan angker. Baru pada tahun 2000-an, gedung tersebut di renovasi & menjadi pusat perbelanjaan yang bernama Tunjungan City. Sempat kebakaran & menjadi kosong kembali akhirnya pemerintah kota Surabaya membeli gedung ini & mengubah fungsi gedung tersebut menjadi pusat pelayananan satu pintu pemerintah daerah Surabaya & selanjutnya di tahun 2005 diresmikan pula Museum Surabaya yang bertempat di salah satu bagian gedung tersebut. 

Inside Museum


Sesuai dengan namanya, museum ini berisi berbagai koleksi yang berhubungan dengan kota Surabaya. Museum ini tidak terlalu besar jadi Traveler tidak perlu datang dari pagi untuk menjelajahi museum ini. Adapun koleksi museum ini diantaranya foto walikota Surabaya dari tahun ke tahun, baju daerah Surabaya, kesenian asli Surabaya, permainan anak khas Surabaya, peralatan & barang-barang yang pernah digunakan di kantor walikota Surabaya, koleksi buku administrasi, koleksi brangkas, koleksi piala & penghargaan kota Surabaya, foto-foto Surabaya Tempoe Doeloe dan beberapa koleksi angkutan umum yang ada di kota Surabaya serta cendramata asli Surabaya.

Foto Walikota Surabaya

Pakaian daerah Surabaya


Kesenian yang ada di Surabaya
Koleksi pikoelan






Replika Pawon (Dapur)

Foto-foto Surabaya Tempoe Doeloe
Koleksi Buku Administrasi








Peralatan dari Rumah Sakit Surabaya

Angguna (Angkutan Serbaguna)

Piala & Penghargaan Kota Surabaya


Jam Buka & Harga Tiket 


Museum ini Buka dari hari Selasa sampai dengan Minggu dari Pukul 09.00-21.00. Museum ini tidak mengenakan biaya tiket masuk. 

FYI, di museum ini juga dijual berbagai macam cendramata & makanan khas Surabaya. Jadi kalau Traveler tidak sempat berkeliling kota Surabaya untuk mencari oleh-oleh museum ini menyediakan tempat khusus yang menjual oleh-oleh & cinderamata khas kota Surabaya.

Monday, January 21, 2019

Museum H.O.S. Tjokroaminoto


Siapa sangka di rumah kecil ini beberapa ideologi & paham kenegaraan lahir dan sempat menjadi bagian dari sejarah terbentuknya negara Indonesia. Museum yang terletak di Jl. Peneleh GG. VII No. 29-31 Peneleh, Genteng, Surabaya ini adalah bekas dari rumah salah satu pahlawan nasional yaitu bapak Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau lebih kita kenal dengan nama H.O.S. Tjokroaminoto.

Sejarah singkat


Sebelum menjadi museum, bangunan ini merupakan tempat tinggal bapak H.O.S. Tjokroaminoto beserta keluarganya selama beliau tinggal di surabaya. Selain tempat tinggal, rumah ini juga dialih fungsikan sebagai tempat kos-kosan para pelajar yang sedang bersekolah di surabaya & juga sebagai tempat yang dipakai oleh beliau untuk mengajar & berdiskusi dengan para aktivis muda yang sebagian menetap dikos-kosan tersebut & juga murid-murid beliau dimana salah satunya adalah presiden pertama Republik Indonesia yaitu bapak Soekarno. Selain Soekarno, beberapa murid beliau yang lainnya adalah Semaoen, Alimin, Musso yang merupakan murid beliau yang beraliran komunis dan Kartosoewirjo yang beraliran islam radikal. Dari rumah inilah beliau dikenal sebagai Guru Bangsa dan guru para pendiri bangsa Indonesia.

Inside The Museum


Layaknya sebuah rumah, maka begitulah gambaran dari museum ini. Ruangan yang pertama Travleler kunjungi adalah ruangan depan & ruang tamu. Selain terdapat beberapa koleksi foto & juga denah rumah H.O.S. Tjokroaminoto pada saat menjadi kos-kosan, Diruangan inilah beliau selalu berdiskusi politik maupun ideologi dengan para penyewa kos-kosannya atau murid-murid beliau yang sedang datang berkunjung.

Ruang Depan

Ruang Tamu

Tokoh-tokoh pergerakan pada masa H.O.S. Tjokroaminoto

Dari ruang depan, ruang berikutnya yang Traveler kunjungi adalah Ruang tengah atau lebih dikenal dengan nama Ruangan Sarekat Islam. Di ruangan ini Traveler bisa melihat berbagai koleksi yang terkait dengan perkembangan organisasi Sarekat Islam mulai dari buku-buku, foto-foto, artikel koran dan lain-lainnya. Di ruangan ini Traveler juga bisa melihat replika pakaian yang digunakan bapak H.O.S. Tjokroaminoto dalam sehari-hari & berbicara di kongres Sarekat Islam. Tidak jauh dari ruangan Sarekat Islam adalah kamar pribadi H.O.S. Tjokroaminoto. Di kamar ini selain terdapat beberapa furniture layaknya kamar tidur juga terdapat foto dari istri H.O.S. Tjokroaminoto yaitu ibu Suharsikin.


Ruang Tengah


Seragam H.O.S. Tjokroaminoto

Ruang Sarekat Islam

Buku-buku H.O.S. Tjokroaminoto

Artikel-artikel & Bendera Partai Sarekat Islam

Kamar Pribadi H.O.S. Tjokroaminoto

Di ruang belakang, Traveler bisa melihat foto anak kos yang pernah tinggal di rumah H.O.S. Tjokroaminoto & juga replika seragam Soekarno pada saat beliau masih bersekolah di Surabaya. Di kamar belakang juga terdapat sebuah ruangan kecil di atas atap rumah yang dialih fungsikan sebagai kamar kos-kosan. Di ruangan itulah selain menjadi kamar kos juga tempat Soekarno belajar pidato dengan meniru gaya berpidato H.O.S. Tjokroaminoto.


Foto Anak Kos Gang Peneleh

Seragam Sekolah Soekarno

Kamar Kos Soekarno

Jam Buka & Harga Tiket


Museum ini buka dari jam 09.00 - 17.00 & sama seperti museum lainnya di Surabaya setiap hari senin & hari libur nasional tutup. Masuk Museum ini tidak mengenakan biaya alias gratis.

"Setinggi-tinggi Ilmu
  Semurni-murni Tauhid
  Sepintar-pintar Siasat"

(H.O.S. Tjokroaminoto)

Thursday, January 17, 2019

Museum Dan Makam Dr. Soetomo



Dr. Soetomo adalah salah seorang tokoh penggerak Nasional dan juga salah satu pendiri dari Budi Utomo yaitu organisasi penggerakan nasional yang pertama di Indonesia. Museum yang didirikan di Jl. Bubutan No.85-87, Bubutan, Kota Surabaya ini adalah museum khusus yang didekasikan untuk Dr. Soetomo sekaligus sebagai tempat peristirahatan terakhir beliau.

Sejarah Singkat


Dr. Soetomo lahir pada tanggal 30 Juli 1888 di Ngepeh, Ngajuk, Jawa Timur dengan nama Soebroto. Soebroto adalah anak pertama dari tujuh bersaudara pasangan R. Seowadji & R.A. Soedarmi. Ia kemudian diasuh oleh pamannya R. Ardjodipoero hingga usia sekolah, dan ketika akan memasuki ELS (Europeesche Lagere School/Sekolah Dasar zaman Hindia-Belanda) Bangil, Jawa Timur beliau diganti namanya menjadi Soetomo. Setamat ELS, ia kemudian melanjutkan ke sekolah dokter STOVIA (sekarang menjadi Museum Kebangkitan Nasional) di Batavia (Jakarta) pada tahun 1903 dan lulus pada tahun 1911.

Tugasnya sebagai dokter mengharuskan beliau untuk selalu berpindah tempat, dari Lubuk Pakam Sumatera Utara, Malang Jawa Timur, Kepanjen, Magetan hingga Blora. Ketika bertugas di Blora, ia bertemu dengan Everdina J. Broering, seorang perawat berkebangsaan Belanda yang kemudian beliau nikahi pada tahun 1917. Setelah berdinas di Baturaja Sumatera Selatan, Pada tahun 1919 Soetomo mendapatkan izin dari pemerintah untuk melanjutkan studinya ke negeri Belanda tepatnya di Universitas Amsterdam bersama Mohammad Sjaf. Soetomo menjadi dokter pribumi pertama yang dikirim ke Belanda untuk menjalani studi lanjutan. Lulus pada tahun 1921, ia kemudian melanjutkan studi spesialis penyakit kulit di Universitas Hamburg. Selama di Eropa ia juga menjadi pimpinan Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia)

Sepulangnya dari Belanda, selain membuka praktek di CBZ (Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting/Rumah Sakit Pendidikan yang sebelumnya merupakan gedung obat kementrian kesehatan Hindia Belanda) Surabaya, Soetomo juga menjadi pengajar di NIAS (Nederlands-Indische Artsen School/Sekolah pendidikan dokter pribumi) dan  menjadi salah satu pendiri Indonesische Studie Club (Perkumpulan mahasiswa pribumi) bersama Ir. Soekarno. Perhatiannya pada dunia pendidikan dan kesejahteraan umum diwujudkan melalui koperasi dan mendirikan Bank Bumiputera. Soetomo juga menjadi ketua panitia pembangunan Gedung Nasional Indonesia (lokasi museum), yang dibiayai melalui pasar derma dan sumbangan masyarakat.

Everdina, istrinya kemudian menderita penyakit yang bisa sembuh hanya jika dia pindah ke daerah yang tempatnya lebih sejuk dari Surabaya. Rasa cinta dan kesetiaan pada suami mendorongnya untuk tetap tinggal, meski disarankan untuk pulang lagi ke negeri Belanda oleh dokternya. Soetomo kemudian menyediakan tempat tinggal khusus untuk istrinya di daerah Claket, Mojokerto meski hanya bisa berkunjung ke sana 2 minggu sekali. Everdina meninggal dunia pada tanggal 17 February 1934 dan dimakamkan di pemakaman Kembang Kuning, Surabaya. Meninggalnya Everdina menjadi pukulan bagi Soetomo dikarenakan selain meninggalkan beliau terlalu dini, pernikahan mereka tidak dikaruniai keturunan.

Kesehatan Soetomo sendiri juga menurun beberapa tahun kemudian. Ia menderita disentri berat dan meninggal pada tahun 1938. Bahkan menurut beberapa kawan & keluarga, ia juga mengidap kanker hati. Ia berpesan ingin dimakamkan di pelataran Gedung Nasional dan meninggalkan wasiat agar perusahaan N.V. Indonesia yang menerbitkan Soera Oemoem, penjebar semangat, dan tempo supaya dipelihara baik-baik dan dikembangkan. Rumah peristirahatannya di Ciaket ia hibahkan pada Parindra untuk dijadikan rumah peristirahatan anggota partai, demikian pula sebagian harta bendanya. 

Inside The Museum


Patung Dr. Soetomo

Sebelum masuk ke dalam museum, yang pertama akan Traveler lihat adalah sebuah pendopo besar. Pendopo ini dikenal dengan nama "Gedung Nasional Indonesia". Gedung ini sendiri memliki sejarah yang cukup banyak, sebelumnya merupakan tempat pusat pergerakkan nasional Partai Indonesia Raya (PARINDRA) di bawah kepemimimpinan Dr. Soetomo lalu sempat menjadi tempat pembentukkan Komisi Nasional Indonesia (KNI) & BKR (Badan Keamanan Rakyat) propinsi Jawa Timur dan pembentukkan Pemuda Putri Republik Indonesia (PPRI) dan juga salah satu lokasi terjadinya pertempuran 10 NOvember 1945. Sebenarnya gedung ini juga salah satu bagian dari museum cuma pada saat saya datang sedang ada renovasi.

Gedung Nasional Indonesia

Dari Gedung Nasional, saatnya Traveler menjelajahi gedung Museum. Museumnya tidak terlalu besar, terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 museum berisikian foto-foto perjalanan hidup Dr. Soetomo & juga terdapat peta pergerakkan Dr. Soetomo sebagai panduan saat beliau bepergian dalam melaksanakan tugas pengabdian, baik di Jawa maupun luar Jawa dan juga ketika mengantarkan & menjenguk istri di rumah peristirahatannya di Claket, Malang.

Gedung Museum

Lantai 1 museum

Koleksi foto masa muda Dr. Soetomo beserta istri

Di lantai 2 museum, Traveler akan melihat replika dari tempat praktek Dr Soetomo pada saat beliau bertugas di Rumah Sakit CBZ lengkap dengan peralatannya. selain itu juga ada barang-barang pribadi peninggalan beliau seperti mikroskop, kateter logam (untuk memperlancar saluran kencing pada penderita penyakit kelamin khususnya pria), tas kerja & buku karangan beliau yang berjudul "Bijdrage tot rationeeler Bestrijding der lepra" (Buku tentang penyakit kusta). Selain itu, Traveler juga bisa melihat koleksi-koleksi foto salah satunya upacara pemakaman Everdina istri Dr. Soetomo dan pemakaman Dr. Soetomo.


Lantai 2 museum


Replika ruang praktek

Barang-barang milik Dr Soetomo

Dari museum, lokasi berikutnya yang kita kunjungi adalah makam dari Dr. Soetomo. Makamnya sendiri terletak persis dibagian belakang Museum & Gedung Nasional.

Makam Dr. Soetomo

Nisan Dr. Soetomo

Jam Buka & Harga Tiket

Museum ini buka dari hari Senin-Minggu jam 08.00 - 16.00 & hari libur nasional tutup. Masuk Museum ini tidak dikenakan biaya alias gratis. 

"Lanjutkan perjuangan sampai tercapai cita-cita kemuliaan bagi nusa dan bangsa.
  Bekerjalah terus untuk kemajuan pergerakan kita. Pergerakan bangsa kita masih 
  harus berkembang , harus bersemi dan selalu maju.
  Bekerjalah dengan lebih giat dan kuat guna kemajuan pergerakan dan perjuangan
  kita, sehingga tercapai kemerdekaan dan kemulian bangsa.
  Sampaikanlah pesan saya ini kepada teman-teman yang tak dapat mengunjungi saya
  kemari".

(Kata-kata terakhir Dr. Soetomo)

Monday, January 14, 2019

House Of Sampoerna


Surabaya selain terkenal dengan Kota Pahlawan juga terkenal dengan kreteknya. Ini bisa diliat dari museum yang lebih dikenal dengan nama "House Of Sampoerna". Museum yang terletak di Taman Sampoerna No 6, Krembangan Utara, Pabean Cantian, Surabaya ini adalah museum yang menceritakan seluk beluk & perjalanan dari Keluarga Sampoerna yaitu keluarga perintis perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang berasal dari Surabaya.

Sejarah Singkat

Sebelum menjadi museum, dahulunya bangunan ini merupakan sebuah panti asuhan yang dikelola oleh pemerintah kolonial belanda sampai tahun 1912 panti asuhan dipindahkan ke daerah Malang. Di tahun yang sama tidak lama setelah menikah dan punya cukup tabungan, Liem Seeng Tee (generasi pertama sekaligus pendiri dari Sampoerna )dan istrinya Siem Tjiang Nio menyewa sebuah kios kecil di jalan Tjantian di daerah kota tua Surabaya. Pasangan ini menjual bahan makanan pokok dan produk tembakau. Seeng Tee juga menjual produk tembakau yang dibawanya dengan naik sepeda, menyusuri jalan-jalan di kota Surabaya. Dari awal yang sederhana inilah sejarah Kelompok Perusahaan Sampoerna dituliskan. Pada tahun 1932 dikarenakan usahanya terus meningkat & membutukan tempat yang lebih, Seeng Tee & istri membeli lahan bekas panti asuhan tersebut untuk dijadikan fasilitas produksi pertama & utamanya rokok-rokok sampoerna sampai saat ini. 

Inside The Museum

Masuk kedalam museum, yang pertama Traveler lihat adalah berbagai macam koleksi barang-barang peninggalan bapak Liem Seeng Tee beserta istrinya. Mulai dari foto keluarga, koleksi keramik, piringan hitam Sampoerna Teater yang digunakan sebagai musik latar untuk film bisu, Kebaya & sarung yang digunakan istri pendiri, replika warung pertama pendiri, sepeda yang digunakan untuk berjualan & lain-lainnya. Oh iya disini Traveler juga bisa melihat contoh tembakau yang digunakan Sampoerna yaitu tembakau yang berasal dari Gunung Sumbing, Jawa Tengah dan oven untuk Pengeringan tembakau.

Ruangan Koleksi

Foto pemilik sekaligus pendiri HM Sampoerna

Kebaya & sarung yang digunakan istri pemilik

Koleksi Keramik

Replika warung pertama pendiri

Sepeda tua pendiri
Oven pengering tembakau
Di ruangan berikutnya, Traveler akan melihat koleksi foto pabrik rokok sampoerna dari tahun ke tahun, foto pemilik dari generasi pertama sampai sekarang, buku kuno tentang perkebunan tembakau di Jember Jawa Timur, koleksi korek api, beberapa produk-produk yang di produksi di masa lampau dan lemari besi asli dari Panama.


Bagian kanan ruangan kedua


Bagian kiri ruangan kedua

Buku kuno tentang perkebunan
Koleksi korek api










Lemari besi dari panama
Di ruangan berikutnya, Traveler akan melihat berbagai koleksi seperti peralatan & seluk beluk dari Marching Band Sampoerna yaitu group musik yang anggotanya merupakan para pekerja pabrik termasuk wanita pelinting rokok dimana mereka sempat mewakili Indonesia dalam ajang Tournament of Roses (parade bunga) di Pasadena California, mesin cetak kuno, beberapa plat cetak kuno, model bungkus rokok sampoerna dari masa ke masa dan lain-lainnya.

Ruangan ketiga

Peralatan marching band sampoerna

Mesin cetak kuno

Peralatan produksi manual
Koleksi bungkus rokok














Pelat cetak kuno
Dari lantai satu, saatnya Traveler menuju lantai dua museum. Di lantai dua, Traveler mengunjungi ruang pengecekan kualitas rokok. Disini, Traveler bisa melihat berbagai macam peralatan pengecekan kualitas rokok sebelum nanti sampai ketangan konsumen seperti alat ukur besarnya rokok, alat ukur beratnya hisapan rokok dan lain-lainnya. Di lantai ini Traveler juga bisa melihat Lantai Produksi Linting Tangan. Sesuai dengan namanya, Traveler bisa melihat proses pembuatan rokok dengan metode linting tangan. Sekedar informasi kalau Traveler mengunjungi museum ini pada hari biasa (Senin-Jumat) Traveler tidak diperkenankan untuk mengambil gambar tapi kalau dihari libur Traveler baru diperkenankan untuk mengambil gambar (tapi untuk jaga-jaga sebaiknya izin terlebih dahulu dengan petugas yang sedang berjaga).

Ruang pengecekan kualitas

Peralatan pengecakan kualiats rokok 

Lantai produksi linting tangan

Jam Buka & Harga Tiket

Museum ini buka dari hari Senin-Minggu jam 09.00 - 16900 & hari libur nasional tutup. Masuk Museum ini tidak mengenakan biaya alias gratis. Selain museum, House Of Sampoerna juga memiliki Toko Cinderamata & juga coffee Shop "TANAMERA" yang terletak di bagian rumah timur yang dahulunya merupakan tempat tinggal dari Liem Seeng Tee & keluarganya. FYI, House Of Sampoerna juga memiliki fasilitas bis wisata yang bernama "Surabaya Haritage Track" dimana bus yang berkapasitas 24 orang ini akan mengantarkan Traveler ketempat-tempat bersejarah yang ada di Surabaya lengkap dengan guide tournya. Untuk tiketnya dikenakan biaya Rp. 7.500/orangnya.


Coffee TANAMERA

Mobil koleksi Putra Sampoerna