Sunday, July 17, 2016

Museum Etnobotani Indonesia (Herbarium Bogoriense)


Etnobotani berasal dari dua kata yaitu Etnonologi & Botani dimana kalau etnologi berarti ilmu mengenai budaya sedangkan botani berarti ilmu tumbuhan. Jadi kalau digabungkan Etnobotani ialah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan tumbuh-tumbuhan. Nah itulah kira-kira tema dari museum yang terletak di daerah Bogor, tepatnya di Jalan Ir. H. Juanda No.22 Bogor Jawa Barat ini. Disini, Traveler bisa mempelajari hubungan antara manusia dengan tumbuhan khususnya yang berada di kepulauan Indonesia ini.

Sejarah Singkat

Gagasan pendirian museum ini mula-mula dicetuskan oleh Prof. Sarwono Prawihardjo yang ketika itu menjabat sebagai ketua LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang bertepatan dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung baru Herbarium pada tahun 1962. Tetapi gagasan tersebut baru mulai dipikirkan serta dilanjutkan kembali ketika DR. Setiaji Sastrapradja memegang jabatan Direktur LBN (Lembaga Biologi Nasional) pada tahun 1973. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya museum tersebut dapat terwujud & diresmikan pada tahun 1982 oleh Menristek Prof. Dr. Ing. B. J. Habibie. Dengan tema Museum Etnobotani Indonesia "Pemanfaatan Tumbuhan Indonesia".


Inside The Museum

Masuk kedalam museum ini seolah-olah Traveler berada di dunia tumbuh-tumbuhan. Di Lobby museum Traveler akan melihat sebuah relief yang menggambarkan Evolusi Dari Tumbuhan.

Lobby Museum
Relief Evolusi Tumbuhan
Dari lobby museum, Traveler akan melihat Ruang Foto Bogor Tempoe Doeloe. Di ruangan ini, Traveler bisa melihat koleksi foto hitam putih dari Kota Bogor yang diambil sekitar tahun 1920 sampai 1930-an. Selain beberapa koleksi foto juga terdapat beberapa koleksi Etno Botani seperti Batik yang dibuat menggunakan pewarna alami dan Macam-macam Padi beserta hasilnya.

Ruang Foto Bogor Tempoe Doeloe
Koleksi Batik Pewarna Alami
Padi & Olahannya












Dari ruangan foto, ruangan berikutnya adalah Ruangan Keanekaragaman Rempah-rempah. Sesuai dengan namanya, diruangan ini Traveler bisa menemukan berbagai macam rempah-rempah yang digunakan untuk berbagai macam keperluan mulai dari bahan pangan sampai dengan obat-obatan.

Ruang Keanekaragaman Rempah-rempah
Bahan Obat & Rempah
Macam Rempah 




Macam Bahan Pangan
Dari ruang rempah-rempah, Traveler akan menyusuri lorong dimana lorong tersebut terdapat berbagai macam kerajinan tangan khas daerah yang terbuat dari bahan rotan mulai dari hiasan, alat memancing, alat musik sampai alat-alat yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Lorong Museum
Keranjang Rotan
Kerajinan Rotan











Jarei & Lanjung
Ceraken & sampan





Seu Bogoa & Kulintang
Sembari melewati lorong museum, Traveler juga bisa melihat beberapa ruangan. Ruangan pertama yang Traveler lihat adalah Ruangan Kerja Tempoe Doeloe. Ruangan ini dulunya adalah ruangan yang digunakan untuk melakukan proses pembuatan spesimen herbarium. Di ruangan ini, Traveler bisa melihat foto kepala Herbarium bogor dari masa ke masa, alat-alat yang digunakan dalam proses Herbarium dan beberapa sample Herbarium mulai dari proses awal sampai dengan tahap akhir.

Ruang Kerja Tempoe Doeloe
Meja Pembuatan Label
Meja Identifikasi








Foto Kepala Herbarium Bogoriense dari masa ke masa
Foto Proses Pembuatan Specimen Herbarium
Ruangan kedua adalah Ruangan Sejarah Rempah. Hampir sama dengan ruangan rempah di awal, ruangan ini juga menyajikan berbagai macam rempah-rempah yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Di ruangan ini, Traveler bisa mempelajari berbagai macam rempah-rempah yang ada di Indonesia beserta sejarah & penyebarannya di berbagai pulau di Indonesia.

Ruang Sejarah Rempah
Biji Pala, Cengkeh & Kayu Manis
Berbagi Macam Rempah Nusantara 





Koleksi Simplisia Rempah & Obat
Dari ruangan Sejarah Rempah, Traveler akan melihat ruangan yang diberi nama Ruang Emas Hijau Nusantara. Kira-kira Traveler tau apa itu emas hijau nusantara..? kalau jawaban Traveler adalah pohon Gaharu maka jawaban Traveler benar. Gaharu sendiri adalah pohon yang memiliki harga jual yang tinggi karena memiliki aroma yang wangi sehingga banyak dicari oleh produsen pembuat produk minyak wangi. Nah di ruangan ini, Traveler bisa melihat sejarah & perkembangan dari pohon gaharu, kegunaan dari pohon gaharu serta produk-produk yang merupakan hasil dari olahan pohon gaharu.

Ruang Emas Hijau Nusantara
Ukiran Gaharu
Diujung ruangan, Traveler akan melihat berbagai macam stand-stand. Stand-stand ini adalah stand yang menyajikan berbagai macam jenis umbi-umbian beserta olahan-olahannya. Mulai sebagai bahan makanan pokok, makanan ringan, sereal sampai dengan jenis umbi-umbian yang merupakan hasil dari penyilangan. Di belakang stand umbi-umbian, terdapat stand batik dimana Traveler bisa melihat berbagai macam motif batik yang dibuat dengan menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan.

Stand Umbi-umbian
Stand Batik
Dari lantai atas, sekarang saatnya Traveler menuju ke lantai bawah museum. Di lantai bawah adalah ruangan yang bertemakan Pemanfaatan Tumbuhan Indonesia. Di ruangan ini, Traveler bisa melihat berbagai macam koleksi benda-benda atau alat-alat yang berbahan dasar tumbuh-tumbuhan yang ada di seluruh Indonesia. Koleksinya antara lain seperti anyam-anyaman, perkakas & alat berburu,  alat bercocok tanam, alat memancing, pakaian tradisional suku pedalaman, alat musik, obat-obatan, koleksi basah, permainan tradisonal anak, senjata tradisional, jenis-jenis kayu yang di manfaatkan dan lain-lain.

Lantai Bawah Museum
Lantai Bawah Museum 
Anyam-anyaman
Perkakas & Alat Berburu

Alat bajak sawah
Pakaian Suku Pedalaman
Alat Berburu Suku Pedalaman
Jenis-jenis Kayu Indonesia
Kerajinan Bambu
Kerajinan Labu
Kerajinan Lesung & Kentongan
Alat Musik Tradisional
Mainan Anak-anak
Kerajinan Pelindung Kepala
Alat-alat Perikanan
Jam Buka & Harga Tiket 

Museum ini Buka dari hari Senin sampai dengan Minggu & hari libur nasional dimana dari hari Senin sampai Kamis buka dari Pukul 08.00-16.00, di hari Jumat pukul 08.00-11.00 lalu buka lagi pada pukul 13.00-16.00 dan di hari libur buka dari pukul 09.00-14.00. Sama seperti museum PETA Museum ini tidak mengenakan biaya tiket masuk.

Akses menuju ke sana

Sebenernya untuk ke museum ini paling simple adalah menggunakan KRL commuter Line Jurusan Bogor. Dari stasiun Bogor, Traveler cukup naik angkot sekali yang kearah Kebun Raya (Gw lupa nomernya berapa tapi bisa tanya orang sekitar kok). Lokasi museumnya ngak jauh dari pintu masuk Kebun Raya Bogor & untuk menuju kesana ada papan penunjuk jalannya jadi Traveler ngak akan bingung. Gw saranin sih lebih enak kalau Traveler Ngebolang alias Jalan kaki karena selain lokasi museum cukup dekat dari stasiun, Trotoar di bogor juga enak kok soalnya teduh & banyaknya pohon besar disepanjang jalan.

Ingin mempelajari lebih jauh mengenai dunia Etnobotani...??? yuk main ke museum ini.

Friday, July 15, 2016

Monumen & Museum PETA (Pembela Tanah Air)


Traveler yang dulu belajar sejarah ingat tidak sama tentara PETA. Tentara PETA atau Pembela Tanah Air adalah kesatuan militer yang dibentuk tentara Jepang pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Nah Museum yang terletak di Jalan Jendral Sudirman No. 35 Bogor Jawa Barat ini adalah museum yang berisi mengenai sejarah dari tentara PETA yang merupakan cikal bakal dari TNI (Tentara Nasional Indonesia).

Sejarah singkat


Sebelum menjadi monumen & museum, tempat ini dulunya merupakan gedung yang didirikan oleh tentara KNIL (tentara yang dilatih oleh belanda) sebagai basis pertahanan mereka. Perang dunia ke 2 memnyebabkan Belanda menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang yang mengakibatkan Indonesia diduduki oleh Tentara Jepang. Pada akhir tahun 1942, Jepang mendapat serangan balik dari sekutu. Situasi inilah yang dimanfaatkan oleh para pemimpin pergerakkan bangsa kita untuk membentuk tentara kebangsaan. Maka pada tanggal 3 Oktober 1943 berdasarkan Osamu Seirei (Dekrit) No. 44 tahun 1943 lahirlah tentara sukarela PETA. Maka setelah itu jadilah gedung tersebut menjadi markas pelatihan tentara PETA. Adapun beberapa tokoh besar Indonesia yang merupakan alumni dari PETA diantaranya:
  1. Panglima Besar Angkatan Perang RI, Jendral Sudirman
  2. Mantan Presiden RI ke-2, Jendral TNI Purnawirawan H.M Soeharto
  3. Mantan Wakil Presiden RI ke-4, Jendral Purnawirawan Umar Wirahadikusumah
  4. Mantan Panglima Angkatan Darat sekaligus Pahlawan Revolusi Jendral Anumerta Ahmad Yani
  5. Bapak Paskibraka, Brigjen Purnawirawan Latief Hendraningrat
  6. Pahlawan Nasional Soeprijadi, Pemimpin pemberontakkan PETA di Blitar
Inside The Museum

Museum ini terdiri dari 2 Area yaitu area museum & area monumen. Sebelum masuk kedalam, Traveler akan melihat dua buah patung yaitu Patung Panglima Besar Jendral Sudirman, Shodancho (Komandan Pleton) Supriyadi Panglima TKR yang memimpin pemberontakkan TKR di blitar serta sebuah prasasti yang bertuliskan "Semasa berkobarnya perang dunia kedua di bumi Pembela Tanah Air ini dilahirkan Jiwa keprajuritan Nasional Indonesia".

Patung Jendral Sudirman
Patung Shodancho Supriyadi
Prasasti PETA
Dari halaman depan, Traveler akan melihat beberapa gambar relief yang terpampang di sepanjang terowongan menuju Monumen didalam. Adapun relief tersebut menggambarkan peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan tentara PETA.

"Pelagaan Ambarawa"
"Peran PETA dalam Proklamasi kemerdekaan RI"











"PETA cikal bakal lahirnya TNI"
"Tokoh-tokoh nasional mantan PETA"












Setelah melihat relief, Traveler akan melihat sebuah monumen besar yang terletak dibelakang gedung museum. Di monumen tersebut terdapat sebuah patung Daidancho (Komandan Batalyon) Sudirman yang diapit oleh 2 buah senjata meriam. Dibelakang patung tersebut terdapat nama-nama dari para tentara PETA.

Monumen PETA
Patung Daidancho Sudirman
Setelah melihat Monumen PETA, sekarang saatnya Traveler menjelajahi museum PETA yang dimulai dari gedung sebelah kiri. Disini, Traveler akan melihat diorama sejarah berdirinya peta serta perkembangannya. Selain diorama, Traveler juga bisa melihat berbagai macam senjata yang pernah digunakan tentara PETA, seragam tentara PETA, foto-foto & benda peninggalan dari R Muhammad Mangoendiprodjo, Mantan gubernur pertama lampung sekaligus alumni tentara PETA dengan pangkat Daidancho (Komandan Batalyon) yang ikut andil dalam Pertempuran Surabaya 10 November 1945 sebagai pemimpin TKR di Surabaya.

Gedung Museum 1
Contoh seragam PETA berdasarkan pangkatnya
"Kesepakatan tokoh bangsa Indonesia"
"Kegiatan pelatihan tentara PETA"









Berbagai macam pistol
"Pemberontakan PETA di Blitar"
"Tipu muslihat Jepang terhadap Shodanco Moeradi"
"Peristiwa 16 Agustus di Rengasdengklok"









Koleksi milik Daidancho R Muhammad Mangoendiprodjo
Dari gedung sebelah kiri, saatnya Traveler melanjutkan perjalanan ke gedung sebelah kanan yang merupakan ruang diorama lanjutan. Selain beberapa lanjutan diorama, di gedung ini juga terdapat berbagai macam senjata rampasan yang pernah digunakan oleh tentara PETA mulai dari senjata senapan sampai senjata otomatis. Selain itu juga terdapat beberapa poster yang tulisannya berupa kata-kata yang dapat membangkitkan semangat perjuangan. Oh iya, di ruangan ini juga terdapat replika tandu yang pernah digunakan oleh Panglima Besar Jendral Sudirman pada saat beliau memimpin perang gerilya.

Gedung Museum 2
"Proklamasi Kemerdekaan RI"
"BKR cikal bakal TNI"









Berbagai macam senapan mesin
"Peristiwa Lapangan IKADA"
"Peristiwa serbuan Osha Butai"








Berbagai macam senapan mesin berat
Poster Perjuangan
Poster Perjuangan







Berbagai macam jenis senapan laras panjang
"Pemindahan markas AD Jepang di Jawa Timur"
"Ambarawa & Lahirnya Hari Juang Kartika TNI AD"







"Pemilihan Panglima Besar Tentara Rakyat"
Replika Tandu Jendral Sudirman
Jam Buka & Harga Tiket 

Museum ini Buka dari hari Senin sampai Kamis dari jam 08.00-14.00, Hari Jumat dari jam 08.00-11.00. untuk hari Sabtu, Minggu & hari libur besar buka sesuai dengan pemberitahuan.

Harga tiket Museum Rp.10.000, Apabila Traveler membawa rombongan (minimal 25 orang) dimohon untuk mengajukan permohonan berkunjung kepada pengelola monumen & museum PETA (telp. 0251-8332 765). 

Akses menuju ke sana


Sebenernya akses ke Museum ini sangat mudah sekali, asalkan Traveler menggunakan KRL. Dari stasiun Bogor, Traveler bisa menggunakan angkot no 07. angkot ini akan melewati Museum jadi yang letaknya ada di kanan jalan dari arah Traveler. Kalau Traveler ingin ngebolang alias Jalan kaki juga bisa, karena menurut gw sih museum ini ngak terlalu jauh & sepanjang jalan banyak pohon yang lumayan besar jadi dalam perjalanan Traveler tidak terlalu kepanasan. Kalau ingin ngebolang, dari stasiun Traveler terus berjalan di kiri jalan menyusuri jalan Ir. H. Juanda (samping Istana Bogor) sampai nanti Traveler menemui pertigaan pos polisi belok kiri (Lebih tepatnya jalan Jend. Sudirman). Dari sini Traveler susuri jalan ini ngak usah belok-belok lagi sampai museum yang terletak di samping kiri Traveler. Kalau Traveler masih bingung juga, gampang di Taman topi terdapat Tourist Information Center dimana Traveler bisa menanyakan letak museum PETA.

Ingin mempelajari sejarah & perkembangan tentara PETA...????? yuk kunjungi Museum ini. Dijamin akan menambah pengetahuan sejarah perjuangan tentara bangsa ini.