Sunday, April 3, 2016

Monumen Pancasila Sakti & Museum Pengkhianatan PKI

Gapura Monumen Pancasila Sakti
Traveler pernah mendengar peristiwa G.30-S.PKI atau lebih dikenal dengan nama Gerakan 30 September...??? Peristiwa pembantaian 6 Jendral TNI angkatan darat & seorang Perwira yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia pada tahun 1965 yang terjadi di daerah Lubang Buaya Jakarta Timur. Sekarang lokasi tersebut telah menjadi sebuah Monumen Pancasila Sakti & Museum Pengkhinatan PKI. Monumen yang terletak di Desa Lubang Buaya Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur ini dahulunya merupakan basis sekaligus tempat pelatihan dari anggota & sukarelawan PKI & tempat terjadinya pembantaian para anggota TNI yang sekarang tiap tahunnya diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila tanggal 1 Oktober. Monumen ini terdiri dari 2 Area yaitu area luar ruangan (Outdoor) & area dalam ruangan (Indoor).

Pintu Masuk Monumen Pancasila Sakti
Sejarah Singkat

Monumen ini dibangun atas prakarsa dari presiden ke-2 Republik Indonesia, Bapak Soeharto untuk mengenang perjuangan para Pahlawan Revolusi yang gugur demi mempertahankan ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila dari ancaman ideologi Komunis serta mengingatkan generasi mendatang akan bahaya laten komunisme. Sebelum menjadi sebuah monumen & museum, daerah ini dulunya merupakan lokasi tanah & kebun kosong yang dijadikan sebagai basis anggota PKI & tempat pembuangan para jenasah Pahlawan Revolusi, korban dari kebiadaban PKI. Selain basis PKI, tempat ini juga merupakan tempat latihan para sukarelawan PKI.

Lapangan upacara
Inside The Museum

Monumen ini terdiri dari dua area yaitu area outdoor & area indoor. Area outdoor terdiri dari pameran taman sedangkan area indoor berupa museum & paseban. Supaya Traveler lebih mudah & leluasa menjelajahi tempat ini disarankan untuk menjelajahi area outdoor terlebih dahulu. Di area outdoor, tempat yang pertama Traveler kunjungi adalah sebuah cungkup yang didalamnya terdapat sumur tua yang dikenal dengan nama Sumur Maut. Disumur inilah tempat dimana Jenazah para Pahlawan Revolusi dikuburkan. Sumur yang berkedalaman 12 meter & berdiameter 75 cm inilah saksi bisu dari kekejaman gerombolan G.30-S.PKI. Tepat diatas sumur terdapat sebuah plakat yang bertuliskan "Tjita-tjita & perdjuangan kami untuk menegakkan kemurnian pantja-sila tidak mungkin dipatahkan hanja dengan mengubur kami dalam sumur ini". Dari sumur ini lah diketemukan jenazah 7 Pahlawan Revolusi yang akhirnya dapat diangkat pada tanggal 4 Oktober 1965 dalam keadaan rusak akibat penganiayaan secara kejam oleh gerombolan PKI.

Cungkup Sumur

Sumur Maut
Bersebelahan dengan sumur maut terdapat sebuah rumah kecil yang dikenal dengan nama "Rumah Penyiksaan". Pada saat terjadinya pemberontakan, serambi rumah ini digunakan oleh gerombolan G.30-S.PKI sebagai tempat menawan & menyiksa para perwira TNI sebelum akhirnya dibunuh & dimasukan kedalam sumur maut. Rumah penyiksaan ini sebelumnya merupakan rumah milik bapak Bambang Harjono yang sebelumnya berfungsi sebagai Sekolah Rakyat (sekarang sekolah SD). Namun karena bapak Bambang Harjono adalah seorang simpatisan PKI, rumahnya pun diserahkan kepada PKI & digunakan oleh para pasukan PKI. Di dalam rumah ini, Traveler bisa melihat Diorama Penyiksaan dimana diorama ini menggambarkan penyiksaan para korban perwira TNI yang diculik masih dalam keadaan hidup. Mereka adalah Mayor Jendral TNI R. Soeprapto, Mayor Jendral TNI S. Parman, Brigjen TNI Soetojo Siswomihardjo & Lettu Czi Pierre Andreas Tendean. Diorama ini dibuat berdasarkan keterangan dari hasil cerita Berita Acara Pemeriksaan (BAP) para pelaku penyiksaan & pembunuhan dalam sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub), Serta kesaksian dari Agen Polisi II Sukitman yang merupakan salah satu korban Selamat dari G.30-S.PKI. Di rumah ini, Traveler juga bisa mendengarkan kisah dari dimulainya pemberontakkan G.30-S.PKI.

Diorama Serambi Penyiksaan

Serambi Penyiksaan  
Tidak jauh dari Rumah Penyiksaan, Tempat berikutnya yang Traveler lihat adalah sebuah rumah kecil yang dijadikan sebagai Pos Komando. Rumah ini sebelumnya adalah rumah milik seorang penduduk Lubang Buaya yang bernama Bapak Sueb. Pada waktu meletusnya G.30-S.PKI, rumah ini digunakan oleh pimpinan gerakan yaitu Letkol Untung dalam rangka mempersiapkan penculikan terhadap tujuh Jendral TNI AD. Pos Komando ini masih dipertahankan keasliannya sampai isi rumahnya pun sebagian besar masih asli seperti meja, kursi, lemari, tempat tidur, mesin jahit, bufet & balai (kamar depan).

Rumah Pos Komando

Didalam Rumah Pos Komando
Tidak jauh dari Rumah Pos Komando, terdapat sebuah rumah kecil yang merupakan Rumah Dapur Umum. Rumah ini oleh gerombolan PKI digunakan sebagai dapur umum bagi para anggota pasukan pembrontakan. Sama seperti Rumah Pos Komando, Rumah ini juga dipertahankan keasliannya mulai dari bentuk & isi rumahnya sampai beberapa perabotan yang ada didalamnya.

Rumah Dapur Umum

Di dalam Rumah Dapur Umum 

Peralatan yang ada di Rumah Dapur Umum
Tidak jauh dari Rumah Dapur Umum, Terdapat sebuah truk besar dengan tulisan "PN. Artha Yasa". Truk model Dodge tahun 61 ini adalah replika kendaraan jemputan PN. Artha Yasa yang sekarang menjadi Divisi Cetak Uang Logam Perum Peruri yang dirampas oleh pemberontak G.30-S.PKI disekitar Jalan Iskandarsyah, Daerah Blok-M, kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Setelah dicuri, Truk tersebut digunakan oleh para pemberontak untuk menculik & mengangkut Jenazah Brigjen D.I Panjaitan dari kediamannya menuju daerah Lubang Buaya, Jakarta timur.

Truk Dodge PN. Artha Yasa
Lokasi berikutnya yang Traveler kunjungi adalah Monumen Pancasila Sakti. Monumen ini terletak 45 m (melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia) sebelah utara dari cungkup sumur maut. Patung para Pahlawan Revolusi berdiri dengan latar belakang sebuah dinding setinggi 17 m (melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia) dengan hiasan patung Garuda Pancasila. Ketujuh Patung Pahlawan Revolusi berdiri berderet dalam setengah lingkaran dari barat ke timur yaitu: Mayjen TNI Anumerta Soetojo Siswomihardjo, Mayjen TNI Anumerta D.I Panjaitan, Letjen TNI Anumerta R. Soeprapto, Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta M.T. Harjono, Letjen TNI Anumerta S. Parman, dan Kapten Czi Anumerta P.A. Tendean. Dibawah patung terdapat sebuah relief yang menggambarkan peristiwa prolog, kejadian & penumpasan G.30-S.PKI oleh ABRI dan Rakyat. Di bawah relief juga terdapat tulisan "WASPADA......DAN MAWAS DIRI AGAR PERISTIWA SEMATJAM INI TIDAK TERULANG LAGI".

Monumen Pancasila Sakti  

Gambar relief yang ada dibawah monumen
Koleksi outdoor terakhir yang bisa dilihat oleh Traveler adalah 2 buah mobil. Mobil yang pertama adalah Mobil Dinas yang pernah digunakan oleh salah seorang Pahlawan Revolusi yaitu Jendral TNI Ahmad Yani sewaktu menjabat menteri/panglima Angkatan Darat (1962-1965). Mobil kedua adalah sebuah Jip, mobil dinas milik Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto. Mobil ini digunakan Mayjen TNI Soeharto dalam memimpin operasi penumpasan pemberontakan G.30-S.PKI pada tahun 1965 di Jakarta.

Mobil Dinas Jendral Ahmad Yani
Mobil Dinas Mayjen Soeharto














Dari area outdoor sekarang saatnya Traveler menjelajahi area indoor dari Monumen Pancasila Sakti. Area indoor yang pertama kali Traveler kunjungi adalah Museum Pengkhianatan PKI (komunis). Museum ini berisi diorama yang menceritakan mengenai sejarah pemberontakan-pemberontakan PKI yang pernah terjadi di wilayah Indonesia.

Gedung Museum Pengkhiantan PKI
Di depan pintu masuk museum, Traveler akan melihat sebuah peta relief yang menggambarkan lokasi Monumen pancasila Sakti sebelum 1 Oktober 1965.

Peta relief Lubang Buaya sebelum tahun 1965
Masuk ke dalam gedung, di lobby awal Traveler bisa melihat 3 buah foto Mozaik dimana foto pertama adalah foto korban keganasan PKI di Madiun (1948), foto kedua adalah foto penggalian & pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi (1965) dan yang ketiga adalah foto sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) terhadap tokoh-tokoh G.30-S.PKI (1966-1967).

Foto keganasan PKI Madiun
Foto sidang Mahmilub











Foto penggalian & pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi
Di lantai pertama, Traveler bisa melihat berbagai macam Diorama yang berhubungan dengan pemberontakkan PKI di setiap daerah di Indonesia. Mulai dari Peristiwa 3 daerah, peristiwa revolusi sosial di langkat, pengacauan surakarta, pemberontakkan PKI di madiun, musso (pimpinan PKI) tertembak mati, pembunuhan massal di Tirtomoyo dan lain-lainnya.

Ruang Diorama lantai 1
"Peristiwa 3 daerah"
"Peristiwa revolusi sosial di langkat"











"Pemogokkan buruh sarbupri"
"Pemberontakkan PKI di Madiun"











"Musso tertembak mati"
"Penangkapan amir syarifuddin"











Dari lantai satu, Traveler menuju ke lantai 2 ruang diorama. Di lantai ini, Traveler bisa melihat diorama pengadilan D.N Aidit (salah satu tokoh G.30-S.PKI ), kampanye budaya PKI, peristiwa kanigoro, lahirnya MKTBP (Metode Kombinasi Tiga Bentuk perjuangan) PKI, Pawai ofensif revolusioner PKI di Jakarta, penyerbuan gubernuran Jawa Timur, peristiwa kentungan yogyakarta dan lain-lainnya. Selain diorama, Traveler juga bisa melihat replika kunci mortir yang digunakan PKI untuk membunuh Letnan Kolonel Soegijono & Kolonel katamso dalam peristiwa di Desa Kentungan, Sten gun milik Brigjen D.I Panjaitan serta beberapa senjata rampasan PKI. Di ujung ruangan, Traveler bisa melihat 2 buah mozaik foto pemberangkatan 7 Jenazah Pahlawan Revolusi dan pemakaman 7 Jenazah Pahlawan Revolusi di Taman Makam Pahlawan kalibata.

Lantai 2 Museum
"Lahirnya MKTBP PKI"
"D.N. Aidit diadili"










Kunci mortir & sten gun
"Kampanye budaya PKI"
"Pawai ofensif revolusioner PKI"











"Peristiwa Kanigoro"
"Penguasaan kembali RRI Pusat"











"Penangkapan D.N. Aidit"
"Sidang MAHMILUB"











Foto pemberangkatan 7 Pahlawan Revolusi

Foto pemakaman 7 Pahlawan Revolusi di TMP Kalibata
Dari Museum Pengkhianatan PKI, Museum berikutnya yang Traveler kunjungi adalah Museum Paseban Monumen Pancasila Sakti. Museum ini sendiri diresmikan oleh Presiden Ke-2 RI, Bapak H.M. Soeharto tanggal 1 Oktober 1981 bertepatan dengan dwi windu (2 Tahun) Hari Kesaktian Pancasila. Kemudian dalam perkembangannya, diadakan renovasi yang gagasannya berasal dari Presiden ke-6 RI, Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono yang bertepatan dengan Hari Kesaktian pancasila tahun 2007. Presiden saat itu menunjuk Kapusjarah TNI, Brigjen TNI Agus Gunaedi Pribadi untuk merenovasi gedung paseban. Kemudian pelaksanaan renovasi baru bisa dijalankan pada tahun 2013. Setelah selesai di renovasi, gedung paseban yang baru diresmikan secara simbolis oleh Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, SE pada tanggal 25 Agustus 2013. Museum ini sendiri berisikan hal-hal yang berhubungan dengan G.30-S.PKI.

Gedung Paseban
Pada saat Traveler masuk, Traveler akan melihat Ruang Teater. Di ruangan ini ditayangkan cuplikan film tentang penculikan & pembunuhan yang dilakukan oleh gerombolan G.30-S.PKI. Dalam film yang berdurasi 30 menit ini pengunjung dapat lebih memahami kejadian pemberontakkan yang dilakukan oleh PKI dalam bentuk audio visual. Untuk dapat menyaksikan film di ruang teater, Traveler bisa menghubungi bagian informasi Monumen Pancasila Sakti.

Dari ruang teater, Traveler menuju lantai 2 dimana dilantai ini Traveler bisa melihat Diorama tentang peristiwa G.30-S.PKI mulai dari Rapat persiapan pemberontakan, latihan sukarelawan PKI di Lubang Buaya, penculikan para Jendral, tertembaknya Ajun Inspektur polisi tingkat I.K.S Tubun, tertembaknya Ade Irma Suryani Nasution (putri dari Jendral A.H Nasution salah satu target penculikan yang selamat), dimasukkannya jenazah para perwira AD ke dalam sumur maut, pengamanan bandara Halim Perdanakusuma, pengangkatan jenazah dari sumur maut dan upacara pemberangkatan jenazah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata jakarta. Selain itu Traveler juga bisa melihat foto-foto dari para Pahlawan Revolusi.

"Rapat persiapan pembrontakan"
"Latihan sukarelawan PKI di Lubang Buaya"











"Penculikan Letjen Ahmad Yani"
"Penculikan Mayjen R. Soeprapto"











"Penculikan Mayjen M.T. Harjono"
"Penculikan Mayjen S. Parman"











"Penculikan Brigjen D.I pandjaitan"
"Penculikan Brigjen Soetojo S"











"Penculikan Letnan 1 CZI P.A. Tendean"
"Tertembaknya Polisi K.S. Tubun"











"Jenazah dimasukan ke dalam Sumur Maut"
"Pengangkatan jenazah dari Sumur Maut"











"Upacara pemberangkatan jenazah ke TMP Kalibata Jakarta"
Dari Ruangan Diorama, ruangan berikutnya yang Traveler kunjungi adalah Ruangan Relik. Ruangan ini sendiri berisi berbagai macam barang-barang peninggalan para Pahlawan Revolusi terutama pakaian yang dikenakan pada saat mereka diculik & dibunuh. Selain pakaian & barang-barang pribadi juga terdapat hasil visum dari para korban, peluru yang ditemukan pada tubuh mereka, foto-foto pribadi & foto jenazah setelah dikeluarkan dari Sumur Maut. Di ruangan ini juga ada sepeda patroli milik Agen Polisi II Sukitman (salah satu korban penculikan yang selamat), Aqualung (tabung penyelam) yang digunakan oleh Kipam KKO TNI Angkatan Laut, Radio lapangan yang digunakan Mayjen Soeharto pada waktu memimpin penumpasan pemberontakkan G.30-S.PKI dan pakaian serta benda-benda peninggalan milik Ade Irma Suryani Nasution, putri dari Jendral Nasution yang menjadi korban G.30-S.PKI.

Ruang Relik
Benda Relik Letjen Ahmad Yani
Benda Relik Mayjen R. Soeprapto














Benda Relik Mayjen M.T. Harjono 
Benda Relik Mayjen S. Parman 














Benda Relik Brigjen D.I pandjaitan
Benda Relik Brigjen Soetojo S














Benda Relik Letnan 1 CZI P.A. Tendean
Barang-barang milik Ade Irma Suryani
















Sepeda patroli & senjata milik Agen Polisi II Sukitman 
Radio tipe GRC-9
Aqualung














Dari Ruangan Relik, Ruangan berikutnya adalah Ruangan Pameran Foto. Ruangan ini menampilkan koleksi foto pengangkatan jenazah di Lubang Buaya dan pembrangkatan serta pemakaman jenazah para Pahlawan Revolusi.

Ruangan Pameran Foto
Keluar dari gedung paseban, Traveler akan melihat sebuah kendaraan militer yang bernama Panser Saraceen. Panser dengan tipe PCMK-2 buatan inggris ini adalah panser yang mengangkut jenazah para Pahlawan Revolusi dari Markas Besar Angkatan Darat ke Taman Makam Pahlawan Kalibata. Panser ini pernah digunakan oleh Organik Batalyon Kavaleri 7 Kodam V/Jaya. Pada tahun 1976, dipindahkan ke Batalyon Kavaleri 3 Kodam VIII/Brawijaya & dipakai untuk mendukung penugasan operasi militer di Timor Timur (sekarang Timor Leste). Pada bulan Juli 1985 panser ditarik dari penugasan untuk diabadikan di Monumen Pancasila Sakti.

Panser Saraceen
Jam Buka & Harga Tiket 

Monumen Pancasila Sakti Buka setiap hari dari jam 08.00-16.00  

Harga tiket: 

Dewasa: Rp. 2.500
Pelajar/Mahasiswa: Rp. 1.500  

Untuk rombongan Min. 50 orang : Rp. 2.000/orang

Parkir Kendaraan :

Mobil Bus & sejenisnya: Rp. 5.000
Mobil Sedan & sejenisnya: Rp. 3.000
Sepeda Motor: Rp. 1.000

Guide: Rp. 50.000

Guide Bahasa Inggris (English Tour Guide) : Rp. 75.000

Pemutaran Film: Rp. 1.500/orang 

Setiap Tanggal 5 Oktober (HUT TNI) dan Tanggal 10 November (Hari Pahlawan) monumen ini bebas biaya masuk kecuali parkir kendaraan.  

Akses menuju ke sana


Akses ke monumen ini cukup mudah. Kalau Traveler menggunakan Busway, Traveler naik yang Jurusan Pluit-Pinang Ranti lalu turun di halte Pinang Ranti. Dari Halte Pinang Ranti, banyak pilihan angkot yang berhenti pas di depan pintu masuk monument mulai dari kwk .04, kwk .461 & k .06. Kalau traveler menggunakan commuter line, Traveler turun di Stasiun Cawang dari situ bisa langsung naik busway ke arah Pinang Ranti.

So...Mau tau sejarah dari pemberontakkan G 30 S/PKI atau sekedar ingin berwisata sekaligus belajar sejarah Indonesia..??? Yuk kunjungi Monumen Pancasila Sakti.