Thursday, May 28, 2015

Museum Joang 45


Dari namanya saja mungkin sebagian dari Traveler sudah tau apa tema dari museum ini. Museum yang terletak di Jalan Menteng Raya 31 ini adalah Museum yang berisi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa perang pada masa kemerdekaan di Indonesia tahun 45.

Sejarah Singkat

Sebelum menjadi museum, gedung ini memiliki sejarah yang cukup menarik semenjak pendiriannya. Dibangun sekitar tahun 1920an, pada mulanya gedung ini adalah sebuah Hotel bernama Schomper yang dikelola oleh seorang warga negara Belanda yang telah lama tinggal di Batavia bernama L.C. Schomper. Dimasa pendudukan Jepang tepatnya tahun 1942-1945, Hotel tersebut diambil alih oleh para pemuda Indonesia & beralih fungsi menjadi kantor yang dikelola oleh Jawatan Propaganda Jepang (Ganseikanbu Sendenbu) yang di kepalai oleh seorang Simizu. Dan di kantor inilah untuk pertama kalinya diadakan pendidikan politik yang dimulai sejak tahun 1942 untuk mendidik pemuda Indonesia dan dibiyai sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia. Setelah dilakukan renovasi, Gedung ini akhirnya berubah fungsi menjadi sebuah museum yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1974.

Inside The Museum

Masuk kedalam museum, ruangan pertama yang Traveler kunjungi adalah Ruangan Pendahuluan. Di ruangan ini, Traveler bisa melihat berbagai profile dari beberapa Tokoh perjuangan kemerdekaan seperti Chaerul Saleh, Sukarni, AM Hanafi, Adam Malik, Wikana, SK Trimurti dan lain-lain beserta patung dada dari masing-masing tokoh.

Ruang pendahuluan
Tidak jauh dari ruangan pendahuluan tepatnya di ruangan tengah, Traveler akan melihat berbagai koleksi foto-foto perisitiwa kemerdekaan mulai dari Kejahatan perang tentara Belanda, Pertempuran Surabaya 10 november, Perang gerilya, Agresi Militer 1 & ke 2 Belanda dan lain-lain. Selain itu juga ada poster-poster propaganda Jepang, Replika ke 2 bendera merah putih, Peralatan tentara pelajar TRIP, Radio, Senjata organik TRIP dan beberapa lukisan tentang peperangan di Indonesia.

Ruang Tengah
Poster Propaganda Jepang
Perlengkapan Tentara Pelajar TRIP
Radio merk Philips











 Lukisan "Palang Merah Putri"
Lukisan "Bersiaga dalam Ibadah"










Senjata organik TRIP
Tidak jauh dari ruang tengah adalah Ruangan Masa Jepang. Sesuai dengan namanya, ruangan ini menyimpan berbagai macam hal-hal yang berhubungan dengan Jepang mulai dari beberapa foto propaganda & romusa, peralatan yang digunakan prajurit PETA (Pembela Tanah Air) kelompok tentara yang dibuat pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, mata uang yang dikeluarkan pada zaman pendudukan jepang dan lain-lainnya.

Ruang Masa Jepang
Samurai-Gunto
Kain Bagor








Seragam tentara PETA
Tidak jauh dari ruangan Jepang adalah Ruangan Diorama. Ruangan ini berisi berbagai macam diorama mulai dari peristiwa rengasdengklok, penandatanganan teks proklamasi, sampai dengan rapat di IKADA (sekarang lebih dikenal dengan nama lapangan monas di Jakarta Pusat).

Ruang Diorama
"Peristiwa Rengasdengklok"
"Penandatanganan naskah Proklamasi"










"Bung Karno berpidato di lapangan IKADA"
Dari ruangan diorama, ruangan berikutnya adalah Ruangan Diplomasi RI. Di ruangan ini disimpan berbagai macam barang-barang peninggalan dari Presiden dan wakil presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Selain barang-barang tersebut juga ada foto-foto & miniatur dari kapal USS Renville dimana di kapal ini pernah terjadi peristiwa perundingan antar pihak Indonesia dengan Belanda dimana akhir dari persetujuan ini membuat belanda kembali melancarkan Agresi Militer untuk kedua kalinya.

Ruang Diplomasi RI
Gramophone
Meja Kerja Bung Hatta









Miniatur kapal USS RENVILLE
Ruangan berikutnya adalah Ruangan NKRI. Selain berisi berbagai macam foto, ruangan ini juga memiliki koleksi Memoriblia Dr. H. Soeharto, dokter pribadi Presiden Soekarno.

Ruang NKRI
Memorabilia Dr. H. Soeharto
Di ruangan terakhir adalah Area Foto. Ruangan ini selain berisi berbagai macam foto-foto pembangunan setelah kemerdekaan, juga ada beberapa peninggalan para pejuang Indonesia seperti bambu runcing, beberapa lukisan, peralatan palang merah, mesin jahit dan lain lain.

Area Foto
Bambu Runcing
Futong & Molotov














Lukisan "Cornel Simanjuntak"
Lukisan "Chairil Anwar"












Peralatan milik Palang Merah Laskar Putri Indonesia
Lukisan "Pemuda Menteng 31"
Setelah melihat bagian dalam museum, bagian selanjutnya yang dikunjungi Traveler adalah bagian luar dari museum ini. Di bagian halaman belakang museum terdapat sebuah rumah kecil yang berfungsi sebagai auditorium dan tiga buah mobil yang masing-masing memiliki sejarah. Mobil pertama adalah mobil Rep 1, mobil yang merupakan sedan limosin merk BUICK buatan Amerika ini adalah mobil kepresidenan pertama yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia, sedangkan mobil ke 2 adalah mobil Rep 2, mobil milik wakil presiden pertama dan yang terakhir adalah mobil peristiwa cikini yaitu mobil yang digunakan oleh presiden Soekarno pada saat terjadinya peristiwa peledakkan granat di perguruan Cikini. Selain koleksi mobil juga ada berbagai macam patung dada dari para pahlawan zaman kemerdekaan.

Ruang auditorium
Koleksi Mobil
Jam Buka & Harga Tiket 

Museum ini Buka dari hari selasa sampai dengan minggu dimana untuk hari selasa sampai Jumat dari jam 08.30-15.30 dan Hari sabtu & Minggu 08.30-14.00. untuk hari senin & hari libur nasional museum ini tutup. 

Harga tiket: 

Dewasa: Rp. 5.000
Mahasiswa: Rp. 3.000 
Anak-Anak: Rp. 2.000 

Untuk rombongan Min. 30 orang :
Dewasa: Rp. 3.750 
Mahasiswa: Rp. 2.250
Anak-Anak: Rp. 1.500 

Sama seperti Museum Sumpah Pemuda & Kebangkitan Nasional, Museum ini juga suka mengadakan acara khusus seperti Pekan Museum Joang yaitu lomba-lomba yang diadakan di museum ini mulai dari Lomba pidato, puisi, melukis & lain sebagainya, Napak Tilas Proklamasi dan Pameran temporer. Untuk keterangan lebih lanjut, Traveler bisa menanyakan kepihak Museum Joang 45.

Akses menuju ke sana


Ada berbagai macam transportasi yang bisa digunakan traveler untuk ke museum ini, namun yang lebih enak adalah menggunakan kereta. Naik lah kereta commuter Line jurusan Kota lalu turun di stasiun gondangdia setelah itu jalan menuju ke jalan cut meutia (patokannya mesjid cut meutia) dari situ tidak jauh lagi traveler bisa melihat gedung dari museum ini.

So buat Traveler yang mau tau bagaimana perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia pasca proklamasi, maka museum ini wajib untuk dikunjungi.

Wednesday, May 27, 2015

Museum Indonesia


Kalau dengar dari namanya, Traveler pasti sudah tau museum apa ini. Yups, Museum yang terletak di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah ini adalah museum yang menyimpan segala sesuatu yang berhubungan dengan antropologi & etnologi Indonesia. Museum ini sendiri menyimpan berbagai koleksi mulai dari pakaian adat, kesenian & kebudayaan dan berbagai macam kerajinan yang berasal dari berbagai kepulauan di Indonesia. Dengan gedung yang berarsitektur seperti bangunan khas bali, sudah tidak salah lagi kalau museum ini dinamakan Museum Indonesia.

Inside The Museum


Museum ini terdiri dari tiga lantai, dimana masing-masing memiliki tema & koleksi yang berbeda-beda. Lantai 1 adalah lantai yang bertemakan "Bhinneka Tunggal Ika", Bhinneka Tunggal Ika sendiri diambil dari bahasa sangsekerta yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu jua & sampai sekarang menjadi motto dari bangsa Indonesia. Sesuai dengan namanya, Lantai ini berisi berbagai macam adat & kebudayaan yang dimiliki oleh berbagai macam suku yang ada di Indonesia. Di lantai ini pun dibagai menjadi dua ruangan yaitu ruangan barat & ruangan timur. Ruangan Barat berisi berbagai macam pakaian-pakain adat pengantin dari Sabang sampai Merauke dan beberapa diorama pengantin adat. Sedangkan di bagian timur berisi berbagai macam alat-alat kesenian mulai dari angklung, kolintang, gamelan, diorama pertunjukkan wayang, berbagai macam topeng & wayang dan juga macam-macam kesenian yang ada di Indonesia. Oh iya, di tengah ruangan ini ada sebuah lukisan menarik yang dilukis di kaca bernama "Citra Indonesia", lukisan ini sendiri menggambarkan kawasan nusantara dengan segala kekayaan alam & budayanya. Lukisan yang dibuat oleh pelukis kaca bernama Bapak Rastika ini memiliki makna keindahan alam serta keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang ada di kepulauan Indonesia.

"Meningkatkan & memperhatikan semerbaknya budaya" 
Lantai 1 Museum
Lantai 1 Museum










Diorama Pengantin Padang
Lukisan kaca "Citra Indonesia"
Alat Musik Kolintang
Alat Musik Talempong










Diorama Pertunjukan Wayang
Lantai 2 adalah lantai yang bertema "Manusia dan Lingkungan". Di lantai ini berisi mengenai interaksi masyarakat Indonesia dengan lingkungannya serta berbagai macam koleksi yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Koleksinya sendiri diantaranya beberapa macam rumah adat, tempat peribadatan, alat transportasi darat & air, ruangan khas dari masing-masing daerah, alat kerajinan tangan, perabotan rumah tangga dan berbagai macam contoh upacara-upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia seperti upacara tujuh bulanan, upacara khitan dan penobatan datuk. Di lantai ini juga ada penjelasan mengenai pengetahuan aksara orang Indonesia & seni aksara pada berbagai benda dan daerah.

Lantai 2 Museum
Miniatur Rumah Adat
Miniatur Tempat Ibadah










Ruang dalam rumah Jawa Tengah
Diorama upacara 7 bulan
Diorama upacara turun tanah










Model Transportasi darat & air
Lantai 3 adalah lantai yang bertemakan "Seni dan Kriya". Di lantai ini menyimpan berbagai macam hasil kerajinan tangan dari berbagai pulau di Indonesia mulai dari berbagai macam kain tenun, batik, songket, kerajinan logam perak, kerajinan logam tembaga, kerajinan kerang & batu, berbagai macam senjata khas, macam-macam keramik dan ukiran yang terbuat dari kayu. Di lantai ini ada sebuah karya yang sangat unik tepat berada di tengah-tengah lantai (agak sedikit menyeramkan ^_^) yaitu ukiran Pohon Hayat. Pohon Hayat sendiri merupakan pohon lambang kehidupan manusia beserta seluruh kebudayaannya yang senantiasa berkembang sejak manusia lahir sampai akhir hayatnya dengan kata lain bahwa manusia itu akan terus berkembang (beranak cucu). Ukiran pohon hayat ini merupakan sumbangan dari PT Bentoel Malang yang dibuat oleh Drs. Soenaryo dibantu oleh beberapa mahasiswa ITB.

Lantai 3 Museum
Lantai 3 Museum









Pohon Hayat
Berbagai macam hiasan
Berbagai macam senjata tradisional











Diorama tenun tradisional Bali & NTT
Diorama membatik










Kerajinan keramik & ukiran kayu
FYI, museum ini juga suka mengadakan pameran dengan tema-tema menarik yang berhubungan dengan kebudayaan Indonesia seperti pameran topeng, kain tradisional, senjata tradisional, lukisan serta peragaan pembuatan seni kerajinan tradisional seperti demo membatik & menatah wayang kulit. Di sepanjang halaman museum juga terdapat taman bali, bale panjang, bale bundar & bangunan soko tujuh yang seolah-olah membuat museum ini terlihat asri & gedung tersebut juga bisa digunakan untuk keperluan umum.

Jam Buka & Harga Tiket 

Museum ini Buka dari hari senin sampai minggu dari jam 08.00-16.00. Dan karena museum ini ada di area taman mini yang notabanenya adalah taman rekareasi maka di hari libur nasional pun museum ini tetap buka. 

Harga tiket: Rp. 10.000 

Menggunakan Kamera poket: Rp. 5.000

Menggunakan Handycam: Rp. 10.000 

Tapi jika traveler hanya menggunakan kamera dari Handphone tidak dikenakan biaya

Untuk rombongan Min. 20 orang :

Diskon 25% 

(Harga diatas belum termasuk tiket masuk TMII)

Akses menuju ke sana

Mungkin kalau menggunakan kendaraan pribadi, Traveler sudah tau arah menuju ke TMII. Tapi gw akan memberikan sedikit arahan kalau misalkan traveler ingin pergi ke TMII dengan menggunakan kendaraan umum. Pertama traveler menggunakan kereta komuter line yang mengarah ke bogor lalu turun lah di stasiun cawang. Dari situ traveler bisa menggunakan busway jurusan Pluit-Pinang Ranti, ingat yang jurusan pinang ranti ya karena di jalur ini terdapat dua jenis busway yang satu ke arah pinang ranti yang satunya lagi mengarah ke PGC. Biasanya yang mengarah ke PGC busnya bus gandeng. Setelah itu turunlah di halte Taman Mini garuda kalau traveler bingung, tepat disamping halte ada mal tamini square. Setalah turun dari busway ada berbagai macam pilihan angkot kecil untuk menuju ke TMII mulai dari no trayek 01, 02 dan lain-lain. Museum nya tidak jauh kok dari pintu masuk TMII tepatnya di dekat gedung sasana langeng budaya.

Sebenarnya isi dari Museum ini hampir sama dengan isi museum gajah, hanya saja di museum ini lebih dijelaskan secara detail & koleksinya lebih lengkap ke arah antropologi Indonesia. So...mau mempelajari tentang keanekaragaman budaya Indonesia...??? Datang yuk ke museum ini dijamin ngak bakal nyesel deh. Itung-itung sambil belajar & mengetahui kebudayaan tempat kita lahir or mungkin orang tua atau kakek-nenek kita lahir.