Masih dalam rangka Hari Kesaktian Pancasila, beberapa waktu yang lalu kita sudah membahas mengenai Sasmitaloka Ahmad Yani sekarang kita membahas menganai Museum Jendral Besar DR. Abdul Haris Nasution (Disingkat A.H. Nasution). Sama seperti Sasmitaloka Ahmad Yani, museum yang terletak di Jalan Teuku Umar No. 40 ini juga menjadi saksi bisu kekejaman dari gerombolan
G.30S/PKI.
|
Patung Jendral A.H. Nasution |
Sejarah Singkat
Sebelum menjadi museum, Rumah ini sebelumnya merupakan kediaman pribadi dari Jendral A.H Nasution sejak beliau menjabat sebagai KSAD (Kepala Staff TNI Angkatan Darat) hingga wafatnya beliau pada tanggal 6 September tahun 2000. Selanjutnya pihak keluarga pindah rumah & merenovasi rumah tersebut walaupun ada beberapa bagian yang tetap di pertahankan keasliannya. Setelah di renovasi, bertepatan dengan lahirnya Jendral A.H. Nasution (3 Desember 2008) rumah tersebut dijadikan museum & diresmikan menjadi oleh Presiden Indonesia saat itu Bapak Susilo bambang Yudhoyono.
Di rumah inilah juga terjadi sebuah peristiwa yang tragis yang hampir merengut nyawa sang jendral. Pada malam 1 Oktober 1965 gerombolan G.30S/PKI berupaya menculik & membunuh beliau, namun hal itu gagal dilakukan. Sayangnya peristiwa tersebut merenggut nyawa putri beliau Ade Irma Suryani yang tidak sengaja tertembak dan ajudan beliau Kapten Piere Andreas Tendean yang ditangkap oleh para gerombolan penculik karena mengira dirinya adalah sang jendral dan akhirnya tewas di Lubang Buaya bersama para 6 Pahlawan Revolusi lainnya.
Inside The Museum
Ruangan pertama yang dikunjungi pertama kali oleh Traveler adalah Ruang Tamu. Di ruangan inilah biasanya Jendral A.H. Nasution menerima tamu-tamunya. Di ruangan ini terdapat berbagai macam koleksi seperti meja & kursi tamu, patung dada Jendral A.H. Nasution, beberapa foto kenangan dan berbagai macam koleksi cinderamata seperti miniatur meriam & tank, beberapa plakat penghargaan dan gading gajah kenang-kenangan dari brigade Garuda III.
|
Ruang Tamu |
|
Patung Dada Jendral A.H. Nasution |
|
Meja-kursi ruang tamu |
|
Meja-kursi ruang tamu |
|
Gading gajah kenang-kenangan dari Brigade Garuda III |
Dari ruang tamu, ruangan berikutnya adalah Ruangan Kerja. D ruangan inilah tempat dimana Jendral A.H. Nasution menjalankan tugasnya sebagai Staff TNI Angkatan Darat. Di ruangan ini terdapat berbagai macam koleksi buku-buku milik Jendral A.H. Nasution, meja-kursi & manekin bapak ketika bekerja, foto kenang-kenangan dan beberapa piagam penghargaan.
|
Ruang Kerja |
|
Piagam dari Universitas Islam Sumut |
|
Piagam dari Universitas Negeri Padang |
|
koleksi buku-buku karya Jendral A.H. Nasution |
Dari ruang kerja, ruangan berikutnya adalah Ruang Tamu VIP. Di ruangan inilah biasanya Jendral A.H. Nasution menerima beberapa tamu pentingnya. Sama seperti ruang tamu depan, di ruangan ini juga terdapat berbagai macam koleksi seperti beberapa meja & kursi, benda kenang-kenangan & koleksi foto.
|
Meja-kursi ruang tamu VIP |
Sambil menuju ruangan berikutnya, Traveler akan melihat beberapa manekin Tjakrabirawa. Manekin ini memperlihatkan diorama peristiwa pada saat terjadinya penculikan di malam 1 Oktober. Di sepanjang jalan juga terdapat berbagai macam foto-foto Jendral A.H. Nasution pada saat masih bertugas.
|
Hall Rumah |
|
Manekin pengrebekan oleh Tjakrabirawa |
Ruangan berikutnya adalah Ruang tidur. Di ruangan inilah terjadinya peristiwa tragis dimana Ade Irma Suryani Nasution putri dari Jendral A.H. Nasution tertembak oleh gerombolan penculik yang memaksa masuk ke kamar tidur jendral. Ini bisa dilihat dari adanya bekas lubang peluru yang terdapat di pintu masuk kamar & meja kecil yang ada di dalam kamar. Adapun koleksi yang ada di ruangan ini seperti tempat tidur asli, foto-foto kenangan, lemari pakaian yang berisi pakaian Jendral A.H. Nasution, koleksi sepatu dan kursi-meja yang terdapat bekas peluru serta manekin Jendral A.H. Nasution yang menggambarkan beliau pada saat terjadinya peristiwa penculikan.
|
Ruang Tidur |
|
Lemari Pakaian |
|
Lemari Sepatu |
|
Kursi & meja yang ada bekas peluru |
|
Pintu kamar dengan bekas peluru |
Dari ruang berikutnya Ruang Gamad (Seragam Angkatan Darat). Sesuai dengan namanya, ruangan ini menyimpan berbagai macam koleksi seragam angkatan darat yang pernah digunakan oleh Jendral A.H. Nasution dan beberapa koleksi tongkat komando yang pernah beliau gunakan. Di ruangan ini juga terdapat manekin diorama pada saat Jendral A.H. Nasution melarikan diri dari para penculik dengan memanjat tembok rumah sambil melihat ke sang istri (Johanna Sunarti nasution) & anaknya yang terkena tembak.
|
Ruang Gamad |
|
Seragam Jendral A.H. Nasution |
|
Seragam Jendral A.H. Nasution |
|
Koleksi tongkat komando |
|
Manekin diorama Jendral A.H. Nasution melarikan diri |
Dari ruangan gamad, ruangan berikutnya adalah Ruang Senjata. Sesuai dengan namanya, ruangan ini menyimpan berbagai macam koleksi senjata mulai dari senjata tradisional kenang-kenangan dari berbagai daerah Indonesia, senjata api koleksi Jendral A.H. Nasution dan senjata yang digunakan oleh para penculik untuk menembak Ade Irma Suryani.
|
Ruang Senjata |
|
Koleksi senjata daerah |
|
Koleksi senjata api |
|
Senjata yang digunakan untuk menembak Ade Irma |
Dari ruang senjata, ruangan berikutnya adalah Ruang Ade Irma. Sesuai dengan namanya ruangan ini berisi berbagai macam barang-barang yang dimiliki oleh Ade Irma Suryani. Selain barang-barang pribadi, di ruangan ini terdapat dipan & tongkat yang pernah digunakan untuk merawat Jendral A.H. Nasution, baju & cruk yang digunakan Jendral A.H. Nasution untuk melepas jenazah Pahlawan Revolusi dan beberapa pakaian milik jendral A.H. Nasution & juga Ade Irma Suryani. Di ruangan ini juga terdapat foto terakhir Ade Irma Suryani bersama dengan Piere Tendean.
|
Ruang Ade Irma |
|
Seragam Ade Irma |
|
Pakaian milik Jendral A.H. Nasution |
|
Dipan & tongkat |
|
Lukisan Ade Irma Suryani |
Dari ruangan ade irma, ruangan berikutnya adalah Ruang Makan. Di ruangan inilah ibu Nasution bertemu dengan para penculik sambil mengendong anaknya yang berlumuran darah akibat tertembak oleh gerombolan penculik. Ini bisa dilihat dari diorama manekin yang memperlihatkan sosok ibu nasution mengendong Ade Irma Suryani yang berlumuran darah sedang bertemu dengan para penculik yang menodongkan senjata ke arahnya sambil menanyakan keberadaan Jendral A.H. Nasution. Koleksi yang ada di ruangan ini diantaranya meja makan keluarga, beberapa koleksi plakat, koleksi cawan & cangkir, koleksi piring makan, lukisan dan beberapa pernak-pernik lainnya.
|
Ruang Makan |
|
Meja makan keluarga |
|
Lukisan Perang |
Dari ruang makan, ruangan berikutnya adalah Ruang Heraldika (Tanda Jasa & Tanda Pangkat). Seusai dengan namanya ruangan ini berisi berbagai macam koleksi Tanda Jasa & Tanda Pangkat yang pernah diterima oleh Jendral A.H. Nasution.
|
Koleksi Tanda Jasa Jendral A.H. Nasution |
|
Koleksi Tanda Jasa |
|
Koleksi Tanda Jasa |
Dari ruang heraldika, kita menuju halaman belakang rumah. Di halaman belakang rumah terdapat mobil dinas milik Jendral A.H. Nasution yang digunakan selama beliau menjabat. Diarah pintu keluar, Traveler bisa melihat lukisan relief perjalanan hidup Jendral A.H. Nasution mulai dari kecil hingga beliau wafat.
|
Halaman belakang & mobil dinas Jendral A.H. Nasution |
|
Relief perjalanan hidup Jendral A.H. Nasution |
Dari halaman belakang, Traveler bisa melihat sebuah rumah kecil yang ada di depan museum. Rumah ini dulunya merupakan rumah tempat tinggal dari para ajudan Jendral A.H. Nasution. Dirumah ini pula lah Kapten Piere Andreas Tendean ditangkap oleh gerombolan penculik yang mengira dirinya adalah Jendral A.H. Nasution. Sekarang rumah ini menjadi tempat diorama "Penculikan Piere Tendean".
|
Rumah Ajudan |
|
Diorama tertangkapnya Piere Tendean |
Di sebelah rumah ini terdapat ruangan kecil yang bernama Ruangan Diorama. Di ruangan ini, Traveler bisa melihat perjalanan karir militer dari Jendral A.H. Nasution mulai dari peristiwa Bandung Lautan Api, Hijrah Siliwangi, Agresi Milter Belanda ke 2 dan Sidang MPRS.
|
Ruang Diorama |
Jam Buka & Harga Tiket
Museum ini buka dari jam 08.00 - 16.00 & sama seperti museum lainnya di Jakarta setiap hari senin & hari libur nasional tutup. Masuk Museum ini tidak mengenakan biaya alias gratis
Akses menuju ke sana
Akses paling mudah ke museum ini adalah dengan mengunakan kereta KRL Commuter Line. Traveler turun di stasiun Gondangdia, dari sini Traveler bisa berjalan kaki menyusuri Jalan Teuku Umar. Kalau menurut saya lokasi Museum tidak terlalu jauh dari Stasiun gondangdia & suasana Jalan Teuku Umar juga sangat sejuk karena dikelilingi pohon yang besar. Tapi kalau Traveler tidak suka jalan kaki, Traveler bisa menggunakan Jasa Ojek Online yang ada disekitaran stasiun.
"Jika keadilan tidak dijamin. Maka, siapa saja bisa mengacau. Ini adalah Manifestasi dari ketidakadilan." (Jendral Abdul Haris Nasution 1997)
No comments:
Post a Comment