Siapa yang tidak mengenal ikon kota Jakarta ini. Monument Nasional atau yang lebih kita kenal dengan nama Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan. selain sebagai monumen peringatan, monas juga merupakan lambang dari Ibukota Indonesia yaitu Jakarta sekaligus menjadi titik nol kota Jakarta yaitu sebuah lokasi yang digunakan sebagai panduan untuk pembangunan disuatu daerah.
Sejarah Singkat
Setelah pusat pemerintahan yang sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta kembali ke Jakarta & pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda, Presiden pertama Indonesia yaitu Ir. Soekarno mulai merencanakan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan menara Eiffel di Paris Perancis yang lokasinya tepat di depan Istana Kepresidenan. Pembangunan monumen tersebut ditujukan untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia pada masa kemerdekaan dan membangkitkan semangat juang & patriotisme para generasi penerus.
Maka, pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara desain monumen pun digelar mulai tahun 1955. Selama berjalannya sayembara, sudah ada 51 desain yang masuk, akan tetapi hanya satu desain yang dipilih yaitu desain yang dibuat oleh Frederich Silaban. Setelah desain diberikan kepada Presiden Soekarno, beliau kurang menyukai desain tersebut dikarenakan selain Presiden menginginkan desain yang berdiri tinggi dan berbentuk cekung, juga karena biaya untuk membangun monumen tersebut cukup tinggi & pada saat itu keadaan perekonomian bangsa sedang buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil & menyarankan pembangunan ditunda sampai perekonomian negara membaik. Selanjutnya Soekarno meminta arsitek R.M Soedarsono untuk melanjutkan rancangan tersebut.
Pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan ditandai oleh penancapan pasak beton pertama oleh Presiden Soekarno maka dimulailah pembangunan monumen nasional yang di arsiteki oleh Frederich Silaban & R.M Soedarsono. Pembangunan terdiri dari 3 tahap, Tahap pertama adalah pemasangan pasak beton sebagai pondasi dari monumen yang selesai hingga tahun 1962 & pembangunan obelisk pun dimulai hinga rampung pada tahun 1963, Tahap kedua sempat kedua sempat tertahan akibat peristiwa Gerakan 30 September (liat artikel Monumen Pancasila Sakti) dan Tahap ketiga adalah menambahkan diorama yang berada dibawah monumen. Walaupun sudah rampung, masih saja ada kendala gedung seperti kebocoran air yang menggenangi museum. Akhirnya pada tahun 1975 Monumen Nasional akhirnya diresmi dibuka untuk umum dan diresmikan oleh Presiden Soeharto. Lokasi pembangunan monumen juga berkali-kali mengalami perubahan nama mulai dari Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas & Taman Monas.
Inside The Museum
Untuk masuk ke kawasan monas, Traveler bisa melalui 4 pintu masuk yang pertama dari Jalan Merdeka Utara dimana pintu masuk terletak di depan Istana Negara, Jalan Merdeka Barat pintu masuk depan Patung Kuda Arjuna, Jalan Merdeka Selatan pintu masuk di parkiran IRTI dan yang terakhir di Jalan Merdeka Timur pintu masuk disebelah Stasiun Gambir. Ada dua alternatif untuk memasuki monumen yang pertama adalah berjalan kaki atau dengan menggunakan bus antar-jemput yang mengantarkan Traveler tepat kedepan pintu masuk monumen. Bus antar jemput ini gratis & hanya mengantarkan Traveler ke depan pintu masuk & kembali lagi ketempat awal yaitu di bagian silang barat daya monas atau lebih jelasnya di dekat parkiran IRTI. Oh iya diparkiran IRTI terdapat sebuah tempat yang bernama Lengang Jakarta. Misalkan Traveler ingin makan makanan khas jakarta atau berbelanja pernak-pernik yang berhubungan dengan Monas atau kota Jakarta bisa mampir ke tempat ini.
Bis Pengantar |
Pintu masuk Monumen Nasional |
Dari pintu masuk, Traveler akan melewati terowongan yang nantinya akan membawa Traveler tepat berada dibawah monumen.
Loket Tiket |
Lorong menuju ke monumen |
Sebelum masuk kedalam museum, Traveler akan melihat sebuah relief yang berada tepat di tiap sisi bagian dari monumen. Relief ini sendiri bernama Relief Sejarah Indonesia. Kalau Traveler penasaran untuk mengikuti kisah dari relief ini, Traveler bisa memulai dari bagian kanan yang ada patung gajah madanya lalu ikuti terus searah jarum jam.
Relief Sejarah Indonesia |
Relief Sejarah Indonesia |
Setelah melihat relief sejarah Indonesia, saatnya Traveler menggunjungi bagian museum dari monas yang dikenal dengan nama Museum Sejarah Nasional. Sesuai dengan namanya, museum ini menyimpan berbagai macam diorama perjalanan sejarah bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Traveler bisa memulai dari Diorama sisi 1 dimana disini menampilkan Diorama masyarakat Indonesia Purba, pembangunan candi borobudur, sumpah palapa, pertempuran pembentukan Jayakarta, perang makasar dan lain-lain.
Museum Sejarah Nasional |
Diorama Monumen Nasional |
Masyarakat Indonesia Purba |
Pembangunan Candi Borobudur |
Sumpah Palapa |
Peranan Pesantren |
Perang Makasar |
Sisi berikutnya yaitu Diorama sisi 2 sebagian besar menampilkan perjuangan para pahlawan sebelum kemerdekaan perlawanan Patimura, perang Diponegoro, Perang Imam Bonjol, Perang Aceh dan lain-lain sampai Diorama pada masa kebangkitan nasional seperti pergerakan Ibu Kartini, lahirnya organisasi Boedi Oetomo dan lain-lain.
Perang Diponegoro |
Perang Imam Bonjol |
Perang Aceh |
Ibu Kartini |
Kebangkitan Nasional |
Taman Siswa |
Dari diorama sisi 2, sekarang saatnya melihat Diorama sisi 3. Disini Traveler bisa melihat lanjutan dari pergerakan Nasional seperti lahirnya Muhammadiyah, Perhimpunan Indonesia, STOVIA, lahirnya Sumpah Pemuda, Pemberontakan PETA hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan Pertempuran 10 November.
Berdirinya Muhammadiyah |
Perhimpunan Indonesia |
STOVIA |
Lahirnya Sumpah Pemuda |
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia |
Pengesahan Pancasila & UUD 45 |
Hari Lahir ABRI |
Pertempuran 10 November 1945 |
Dari diorama sisi 3, saatnya kita melihat Diorama sisi 4. Di sisi ini kita melihat perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Mulai dari perang gerilya, pengakuan kedaulatan RI, Indonesia menjadi anggota PBB, Konfrensi Asia-Afrika, Pemilihan Umum untuk pertama kalinya, Peristiwa Gerakan 30 September hingga lahirnya Super Semar (Surat Perintah Sebelas Maret).
Pengakuan Kedaulatan Indonesia |
Indonesia menjadi anggota PBB |
Pemilu Pertama Indonesia |
Konfrensi Asia-Afrika |
Hari Kesaktian Pancasila |
Diorama terakhir yang dikunjungi adalah Diorama Sisi 5 dimana menampilkan beberapa peristiwa penting seperti Konfrensi Tingkat Tinggi Negara Non-Blok, keberhasilan CN-250 yaitu pesawat buatan Indonesia dan lain-lain. Oh iya disini juga terdapat maket dari Kawasan Monas & sekitarnya.
Konferensi Tingkat Tinggi Negara Non-Blok |
Alih Teknologi |
Setelah menjelajahi Museum Sejarah Nasional, tempat berikutnya yang Traveler datangi adalah Ruang Kemerdekaan. Ruangan yang berada di bagian cawan monumen ini atau tepat berada di atas Museum Sejarah Nasional adalah ruangan yang menyimpan simbol kenegaraan & kemerdekaan Republik Indonesia. Diantaranya Naskah Proklamasi asli yang merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik yang disimpan didalam sebuah pintu hijau berornamen emas, lambang negara Indonesia Burung Garuda, peta kepulauan Indonesia berlapis emas dan dinding yang bertulis naskah proklamasi kemerdekaan. Fungsi dari ruangan ini sendiri sebagai ruang tenang untuk menghentikan cipta untuk mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia.
Dari ruangan kemerdekaan, apabila Traveler ingin melihat suasana kota Jakarta dari pelataran atas tugu ini, Traveler bisa ikut mengantri menuju ke puncak monumen. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Di pelataran puncak, Traveler bisa melihat pemandangan kota Jakarta cukup luas atau menggunakan teropong panorama. Sedikit saran dari saya apabila Traveler ingin naik kebagian atas monas, Traveler bisa datang lebih pagi ini dikarenakan banyaknya pengunjung yang ingin naik keatas & kapasitas lift yang hanya memuat 11 orang saya sempat bertanya pada salah satu pengunjung yang sudah menunggu selama 1 Jam hanya untuk naik keatas monumen.
Pintu Masuk Puncak Monumen |
Jam Buka & Harga Tiket
Monumen & Museum ini Buka setiap hari mulai pukul 08.00-15.00. Hari senin & hari libur nasional museum ini tutup. Pada senin pekan terakhir yiap bulannya tutup untuk umum. Untuk masuk museum ini, Traveler diwajibkan memiliki Kartu Jakcard yaitu kartu prabayar yang diterbitkan oleh Bank DKI sebagai pembayaran alat non-tunai. Apabila Traveler belum memiliki kartu tersebut, Traveler bisa membeli di loket tiket atau di Halte Busway dengan harga Rp. 60.000 dengan isi saldo Rp.50.000.
Harga tiket:
Dewasa:
Cawan: Rp. 5.000
Puncak: Rp. 10.000
Cawan: Rp. 5.000
Puncak: Rp. 10.000
Total: Rp. 15.000
Anak-Anak :
Cawan: Rp. 2.000
Puncak: Rp. 2.000
Anak-Anak :
Cawan: Rp. 2.000
Puncak: Rp. 2.000
Total: Rp. 4.000
Mahasiswa :
Cawan: Rp. 3.000
Puncak: Rp. 5.000
Total: Rp. 8.000
Apabila Traveler hanya ingin mengunjungi bagian cawan saja tanpa naik ke puncak monumen, Traveler bisa hanya membayar untuk tike ke bagian cawan saja.
Apabila Traveler hanya ingin mengunjungi bagian cawan saja tanpa naik ke puncak monumen, Traveler bisa hanya membayar untuk tike ke bagian cawan saja.
Akses menuju ke sana
Banyak sekali transportasi yang bisa Traveler gunakan untuk pergi ke monumen ini. Tapi kalau ingin merasakan sensasi jalan-jalan ala backpacker, saya sarankan untuk menggunakan BUSWAY/TRANSJAKARTA yaitu Koridor 1 jurusan BLOK M – KOTA dan turun di Halte monumen nasional yang haltenya tepat di samping museum gajah.
Atau bisa juga menggunakan kereta kalau patokannya adalah rumah saya dari arah Bintaro, Traveler naik dari stasiun Pondok Ranji lalu turun di stasiun Tanah Abang dan lanjut ke peron tiga turun di stasiun Sudirman dan setalah itu Traveler bisa memilih berbagai macam akses kendaraan umum dari busway, metro mini, taksi, DLL. Kalau ojek juga bisa tapi akan melewati jalur tanah abang karena motor dilarang masuk Thamrin ^_^. Atau kalau Traveler turun di Stasiun Juanda, Traveler bisa menggunakan Bus Pariwisata dari Halte Masjid Istiqlal karena semua rute dari bis ini melewati kawasan monas.