Sebagian Traveler mungkin tidak pernah mendengar Peristiwa Lengkong yang terjadi di daerah Serpong atau mungkin tidak sama sekali pernah mendengar. Tapi bagaimana dengan nama Daan Mogot...??? pasti Traveler pernah mendengarnya sebagai nama jalan yang terbentang dari Grogol Jakarta Barat sampai dengan Tanggerang. Lalu apa hubungannya Peristiwa Lengkong dengan Daan Mogot...??? Karena dalam peristiwa tersebut gugur seorang pahlawan yang bernama Mayor Elias Daniel Mogot atau lebih kita kenal dengan nama "Daan Mogot". Tepat di tempat tersebut didirikan Monumen Peristiwa Lengkong & sebuah gedung yang merupakan saksi bisu terjadinya Tragedi tersebut.
Behind The History
Setelah pemerintahan sipil di Tanggerang pulih (akibat dari perang kemerdekaan Indonesia), dibentuklah resimen 4 Tangerang yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan pertahanan. Dalam hal ini Tangerang masih terdapat markas pasukan Jepang yang cukup besar dengan persenjataan yang kuat. Markas Jepang ini terletak di daerah Lengkong Wetan Kecamatan Serpong (mungkin kalo sekarang kita lebih mengenalnya dengan BSD atau Serpong saja) yang berjarak sekitar 15 KM dari Kota Tangerang dan markas tersebut berada di bawah pengawasan tentara NICA (Belanda & Sekutunya) yang berada di Bogor.
Tersiarnya kabar bahwa Belanda yang berkedudukan di Bogor akan menduduki Parung, kemudian lengkong, mengancam kedudukan TKR di Tangerang. Dalam meminimalkan ancaman tersebut serta menambah pasokan senjata, dibentuklah sebuah tim pasukan khusus yang dipimpin oleh Mayor Daan Mogot dengan berkekuatan 70 Kadet Tangerang & 8 Tentara Gurkha (Tentara Inggris yang berkebangsaan India). Strategi ini dilakukan untuk mendahului agar senjata tentara Jepang yang sudah menyerah tidak jatuh ke tangan tentara sekutu.
Setelah melalui perjalanan yang berat & cukup melelahkan dengan melewati berbagai macam barikade-barikade, lubang-lubang perangkap Tank, serta keadaan jalan yang rusak parah, akhirnya pasukan TKR tiba di markas Jepang yang terletak di Lengkong. Di markas tersebut, Mayor Daan Mogot beserta beberapa perwira disambut oleh pemimpin dari markas tersebut yaitu Kapten Abe.
Di dalam markas, Mayor Daan Mogot menjelaskan maksud & tujuan kedatangan kepada Kapten Abe. Kapten Abe menyetujui kesepakatan yang dibuat antara kedua belah pihak namun meminta waktu untuk menghubungi atasannya yang ada di Jakarta karena dia belum mendapatkan perintah dari atasannya di Jakarta untuk melakukan penyerahan senjata. Sembari menunggu kabar dari Jakarta, beberapa perwira TKR sudah melucuti beberapa senjata milik Jepang & mengumpulkan seluruh tentara yang ada di markas tersebut di lapangan.
Kemudian secara tiba-tiba terdengarlah bunyi letusan senjata, yang tidak diketahui dari mana arah datangnya. Setelah itu disusul dengan rentetan peluru yang berasal pos penjagaan yang disembunyikan & diarahkan kepada prajurit TKR yang sekitaka situasi menjadi panik. Tentara Jepang yang tadinya sedang berkumpul di lapangan tiba-tiba berhamburan & merebut kembali senjata mereka yang baru saja dilucuti dan dalam waktu singkat terjadilah pertempuran.
Pertempuran tersebut sangat tidak imbang di pihak TKR, ini dikarenakan pengalaman tempur tentara Jepang yang sudah berpengalaman serta serangan yang tiba-tiba datang entah darimana. Selain senapan mesin, juga terjadi pelemparan granat serta perkelahian sangkur satu lawan satu.
Mayor Daan Mogot yang tadinya berada di dalam gedung segera berlari keluar dan berupaya menghentikan pertempuran tersebut, namun upaya tersebut tidak berhasil. Ia memerintahkan seluruh kadetnya untuk mundur kedalam hutan karet yang berada di sekitar markas. Namun nasib naas menimpa beliau, beliau terkena tembakan di paha kanan & dada. Namun ketika melihat salah satu anak buahnya tewas, ia kemudian mengambil senjata mesin & menghujani tentara Jepang dengan tembakan kesegala arah hingga akhirnya beliau dihujani peluru oleh tentara Jepang dari berbagai penjuru.
Akhirnya pertempuran tersebut berakhir, sebanyak 33 prajurit & 3 perwira tewas termasuk Mayor Daan Mogot. 10 Prajurit luka-luka sedangkan 20 lainnya ditahan oleh pihak Jepang. 3 Prajurit berhasil melarikan diri & tiba di Markas TKR tangerang pada keesokan harinya. Beberapa tentara yang terluka parah oleh pihak Jepang disiksa hidup-hidup & sebagian lagi ditawan & dipaksa untuk menggali kuburan rekannya sendiri.
Pada tanggal 29 Januari 1946, Diselenggarakan kembali pemakaman Mayor Daan Mogot termasuk 36 Jenazah yang gugur dalam Peristiwa Lengkong. Mereka dimakamkan di lokasi dekat penjara anak-anak Tangerang yang sekarang menjadi Taman Makam Pahlawan Taruna.
Historical Site
Sekarang tepat di tempat Peristiwa Lengkong dibangun Monumen Peringatan Peristiwa Lengkong. Di Monumen ini tertulis Kronologi Peristiwa Lengkong, penggalan lagu "Pahlawan Lengkong" dan nama-nama anggota TKR yang Tewas dalam peristiwa lengkong termasuk Mayor Daan Mogot. Selain monumen juga ada sebuah rumah yang merupakan bekas markas tentara Jepang pada saat terjadinya Peristiwa berdarah tersebut.
Monument Peristiwa Lengkong |
Nama Para Korban Peristiwa Lengkong |
Rumah Bekas Markas Tentara Jepang |
Bagian Belakang Rumah |
Untuk menuju monumen lengkong sangat mudah walaupun tempatnya sangat terpencil. Monumen ini terletak di daerah BSD City Tangerang Selatan atau lebih tepatnya kalau dari perempatan BSD mal Traveler menuju ke arah Damai Indah Golf atau Jln. BSD Raya Barat. Monumen tepat berada di samping kanan Jalan.
Jalan di samping Monumen |