Kalau mendengar nama museum ini pasti para Traveler sudah tau museum apa ini apa lagi buat Traveler yang hobby fotografi. Museum yang terletak di Jalan Tanah Abang No 1 ini adalah museum yang berisi berbagai macam prasasti-prasasti atau nisan-nisan makam dari orang-orang yang dahulu pernah hidup di Jakarta atau Indonesia (khususnya para orang asing & pejabat VOC).
Sejarah Singkat
Sebelum menjadi sebuah museum, dulunya tempat ini adalah sebuah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober yang dibangun pada tahun 1795 untuk menggantikan kuburan lain di samping Gereja Nieuw Hollandsche Kerk yang sekarang menjadi Museum Wayang. Tadinya makam ini hanya diperuntukan bagi para gubernur Jendral & Pejabat Belanda, Namun kemudian area makam ini dibuka untuk publik, khususnya bagi para penganut Agama Kristen. Makam ini menyimpan koleksi nisan dari tahun sebelumnya karena sebagian besar dipindahkan dari pemakaman Nieuw Hollandsche Kerk pada awal abad 19. Nisan yang dipindahkan ditandai dengan kode tulisan HK yang merupakan kepanjangan dari Hollandsche Kerk. Fungsinya sebagai tempat pemakaman umum akhirnya berubah menjadi sebuah Museum pada tahun 1977 oleh Gubernur Ali Sadikin dengan total koleksi Prasasti, Nisan dan Makam sebanyak 1.372 yang terbuat dari batu alam, marmer & perunggu. Seiring perkembangan zaman & pembangunan kota Jakarta, luas museum ini sekarang menyusut & banyak juga prasasti atau nisan makam yang tulisannya sudah kabur atau tidak bisa dibaca.
Halaman depan museum |
Salah satu bagian dari Museum |
Salah satu bagian dari Museum |
Masuk museum ini, Traveler akan merasakan suasana taman makam yang ada di eropa. Ini bisa dilihat dari banyaknya nisan-nisan besar yang mirip dengan kuburan-kuburan di negara Eropa. Di halaman depan, Traveler bisa menumukan sebuah lonceng tua yang dulunya memiliki fungsi sebagai penanda. Dentang pertama menandakan adanya kematian dan dentang yang berkelanjutan menandakan kedatangan jenazah yang akan terus dibunyikan sampai jenazah tiba di pintu gerbang pemakaman.
Lonceng pemakaman |
Berbagai macam model nisan bisa ditemukan oleh Traveler di museum ini seperti nisan yang hanya berbentuk seperti sebuah tablet besar, nisan yang berbentuk seperti tugu peringatan atau nisan yang terdapat patung malaikat. Adapun yang dimakamkan di museum ini selain beberapa pejabat belanda atau keluarganya yang pernah tinggal di Indonesia juga ada makam dari arsitek, pedagang, engineer, pendeta dan lain-lainnya. Koleksi-koleksi nisan yang unik antara lain seperti nisan yang ditempel di tembok, mausoleum atau monumen makam dari keluarga A.J.W VAN DELDEN, Tugu peringatan tentara Jepang yang tewas pada saat melawan tentara sekutu di sungai cijantung desa lieuwiliang Bogor Jawa barat, Nisan Dr. H.F ROLL pendiri dari STOVIA atau sekolah kedokteran pada zaman belanda, Nisan J.H.R KOHLER tokoh militer belanda pada Perang Aceh, Nisan Olivia Marianne Raffless istri dari Thomas Stamford Raffles mantan gubernur Hindia Belanda & Singapura, Nisan dari H. VAN DER GRINTEN pastor dari batavia, Nisan MARIUS HULSWIT seorang arsitek asal Belanda yang pernah membangun kota Jakarta & Surabaya dan perancang dari Gereja Katedral di Jakarta, Nisan dari MGR WALTERUS JACOBUS STAAL uskup agung Batavia, Nisan dari SOE HOK GIE aktivis pergerakan mahasiswa yang terkenal pada tahun 1960-an dan lain-lainnya.
Mausoleum keluarga A.J.W. Van Delden |
Nisan Adami Caroli Claessens |
Nisan Poppie Arnold Bik |
Tugu Peringatan Tentara Jepang |
Nisan Dr. H.F. Roll |
Nisan J.H.R. Koehler |
Nisan H. Van Der Grinten |
Nisan Dirk Anthonius Varkevisser |
Nisan Walterus Jacobus Staal |
Nisan Olivia Marianne Raffles |
Nisan dari Soe Hok Gie |
Selain beberapa koleksi nisan makam, di museum ini juga terdapat sebuah kereta jenazah yang dahulu digunakan untuk mengangkut peti jenazah & juga 2 peti jenazah yang pernah digunakan pada pemakaman 2 Presiden & Wakil Presiden pertama Indonesia Yaitu Ir. Soekarno & Moh. Hatta.
Kereta Jenazah |
Peti Jenazah Soekarno - Hatta |
Jam Buka dan Harga Tiket
Museum ini buka dari jam 09.00 - 15.00 & sama seperti museum lainnya di Jakarta setiap hari senin & hari libur nasional tutup.
Harga tiket:
Dewasa: Rp. 5.000
Mahasiswa: Rp. 3.000
Pelajar & Anak-Anak: Rp. 2.000
Untuk rombongan Min. 30 orang :
Dewasa: Rp. 3.750
Mahasiswa: Rp. 2.250
Anak-Anak: Rp. 1.500
Akses menuju ke sana
Akses untuk menuju museum ini kurang lebih hampir sama dengan akses Traveler menuju Museum Nasional (Museum Gajah). Perbedaannya hanyalah setelah Traveler sampai di museum gajah, Traveler langsung jalan menuju Jalan Sarana Jaya yang berada tepat di sebelah kanan museum. Setelah bertemu prempatan Jalan Abdul Muis, Traveler belok kanan menyusuri Jalan Abdul Muis sampai ke belokan ke arah kiri ikuti jalan ke kiri maka tidak jauh dari situ Traveler akan melihat pintu masuk Museum yang bersebelahan dengan Kantor Walikota Jakarta Pusat.
Memang kalau dilihat Taman Prasasti tidak seperti sebuah Museum melainkan hanya Taman Prasasti aja. Tapi kalau Traveler tertarik untuk main atau berkunjung boleh juga kok apalagi kalau Traveler hobbynya foto-foto & saya menyarankan untuk mengunjungi agak sorean dikit soalnya kalo siang panas gile (tapi tergantung cuaca juga sih ^_^). Oh iya walaupun jenazah yang ada di taman ini sudah dipindahkan (kecuali jenazah dari makam kapitan jas) aura mistis dari taman ini terkadang masih terasa dikit hehehehehehe.